Top
 

Peat IMPACTS dan pengelolaan pengetahuan gambut

Peat IMPACTS dalam kegiatannya menjalankan program #PahlawanGambut yang ditujukan untuk menghimpun pengetahuan dan pembelajaran tentang pengelolaan lahan gambut berkelanjutan. Pengetahuan dan pembelajaran yang terhimpun kemudian: (1) dibangun dalam sistem pengelola pengetahuan agar bisa dimanfaatkan semua pihak; (2) dikemas dalam produk kurikulum edukasi pendidikan tentang pengelolaan gambut lestari.

Mengapa penting untuk mengelola pengetahuan tentang gambut ?

Karena Gambut adalah ekosistem unik yang membutuhkan praktek pengelolaan yang baik agar fungsinya bisa tetap Lestari, namun Gambut pernah mengalami “Cinderella Syndrome” yaitu kondisi dimana ia “tidak dikenal dan karenanya tidak disayangi”. Karenanya, di masa lalu, banyak sekali keputusan yang kurang tepat diambil karena ketidaktahuan tentang gambut dan keunikannya.

Keputusan yang salah bisa dicegah dengan pengetahuan yang memadai, karena lahan gambut yang dikelola dengan cara yang tidak tepat kemudian berujung pada kerusakan fungsi gambut yang kemudian memicu terjadinya berbagai bencana yang amat merugikan. Gambut yang rusak membutuhkan upaya restorasi yang membutuhkan sumberdaya besar, oleh karenanaya kita semua perlu memastikan agar generasi penerus nanti tidak mengulangi kesalhan yang sama dalam mengelola gambut.

Mau tau tentang fungsi dan peran penting gambut? Yuk pelajari di sini

Kurikulum Muatan Lokal Gambut

  • Peat-IMPACTS membangun kurikulum muatan lokal gambut lewat kerjasama dengan Forum DAS Sumatera Selatan. Selain itu, di Kabupaten Kubu Raya, Peat-IMPACTS bekerja sama dengan BRGM untuk menyusun kurikulum yang sama 
  • Merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk menetapkannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah adalah dasar untuk mengembangkan kurikulum mulok bagi sekolah-sekolah di daerahnya.
  • Disusun dengan tujuan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang gambut dan fungsinya bisa ditanamkan sedini mungkin pada generasi muda
  • Proses saat ini :
    Saat ini Kabupaten OKI dan Kabupatem Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat sedang dalam proses inisiasi penyusunan kurikulum muatan lokal gambut, info terupdate dapat dilihat dalam media social ICRAF Indonesia

7 langkah penyusunan kurikulum muatan lokal

Langkah-1: Penguatan pemahaman bersama

  • Bertujuan untuk memperkuat pemahaman bersama semua pemangku kepentingan, utamanya Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Guru, tentang gambut dan pengelolaannya
  • Diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dengan dukungan mitra pembangunan
  • Dilaksanakan dalan 1 kali lokakarya bersama para pemangku kepentingan untuk masing-masing tingkatan: SD-SMP-SMA
  • Sebaiknya dimulai dari tingkat Sekolah Dasar untuk menguji kesiapan materi dan pelaksanaan kurikulum

Langkah-2: Identifikasi kebutuhan dan konteks

  • Bertujuan memetakan kebutuhan khusus dan konteks pendidikan di Kubu Raya. Mengumpulkan informasi mengenai muatan lokal yang sudah ada.
  • Memutuskan apakah muatan lokal gambut: (1) dikembangkan sebagai muatan lokal yang berdiri sendiri; (2) sebagai bagian dari muatan lokal yang sudah ada; (3) alternatif lain sesuai konteks lokal
  • Diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dengan dukungan mitra pembangunan
  • Dilakuan dalam lokakarya yang sama dengan Langkah-1. Akan sangat baik jika pada langkah ini sudah bisa menentukan sekolah pilot.

Langkah-3: Penyusunan kurikulum

  • Dimulai dengan pembentukan tim penyusun kurikulum yang disahkan dengan SK Bupati.
  • Dipimpin oleh Dinas Pendidikan dengan dukungan penuh dari mitra pembangunan.
  • Menentukan hal-hal prinsip terkait kurikulum gambut: (1) tujuan pembelajaran; (2) kompetensi inti-kompetensi dasar; (3) materi utama dan pendukung; (4) penilaian

Langkah-4: Pengembangan bahan ajar

  • Dilakukan untuk mengembangkan kurikulum yang sudah disusun di Langkah-3 menjadi bahan ajar yang komprehensif.
  • Dilakukan oleh tim penyusun yang telah dibentuk di Langkah-3
  • Membuat bahan-bahan pendukung yang dibutuhkan: video, alat peraga dan lain-lain
  • Khusus untuk langkah ini Peat IMPACTS berkomitmen untuk mendukung melalui penyiapan aplikasi berbasis android yang bisa digunakan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar kurikulum muatan lokal gambut

Langkah-5: Ujicoba kurikulum dan bahan ajar

  • Mengujicoba kurikulum dan bahan ajar yang sudah ada melalui: (1) pelatihan kepada guru dan tenaga pengajar lain; (2) ujicoba proses pengajaran muatan lokal gambut; (3) aktivitas pendukung yang menunjang seperti kunjungan lapang, lomba seni gambut dll.
  • Dijalankan oleh tim penyusun kurikulum dengan dukungan dari mitra pembangunan
  • Implementasi ujicoba diawasi penuh oleh Dinas Pendidikan. Hasil pemantauan digunakan sebagai data utama dalam langkah selanjutnya

Langkah-6: Evaluasi bersama dan konsultasi publik

  • Dilakukan untuk menyampaikan hasil-hasil ujicoba di sekolah contoh kepada publik untuk dievaluasi.
  • Hasilnya digunakan untuk menyempurnakan kurikulum dan bahan ajar yang sudah ada

Langkah-7: Pengesahan dan implementasi

  • Kurikulum dan bahan ajar yang sudah ada disahkan melalui produk kebijakan daerah (misalnya Peraturan Bupati)
  • Diimplementasikan ke sekolah lain di Kubu Raya secara komprehensif