Top
 

Secarik Kertas dari Cerita Tanah Kalimantan Barat

Mengikuti program Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG) Kalimantan Barat, yang merupakan salah satu rangkaian program Peat-IMPACTS, ICRAF Indonesia, mengajarkan saya dan rekan-rekan saya untuk keluar dari zona nyaman. Awalnya sebagian dari kami berpikir bahwa dunia hanya seluas layar desktop semata. Lebih jauh daripada itu, segala informasi tidak semuanya bisa diwakilkan hanya dari paparan singkat yang kita dapat ketika berselancar di internet. Banyak informasi lainnya terutama mengenai penghidupan di desa seperti desa-desa yang berada di KHG Sungai Raya-Sungai Kapuas, Kabupaten Kubu Raya yang sangat terbatas jika hanya disajikan dengan deskriptif kata-kata.

Di dalam program PMG, kita berkesempatan untuk melakukan aksi lapangan menuju desa-desa tujuan penelitian. Kami mengunjungi desa-desa dengan kondisi penghidupan masyarakatnya yang serba keterbatasan. Seperti ketersediaan air bersih, hingga bagaimana anak-anak berangkat dari rumah untuk menuntut ilmu menuju sekolah di pagi hari hingga pulang sebelum matahari kembali ke peraduannya, hanya dengan menggunakan sampan untuk mengarungi dan menyeberangi Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Bagaimana energi listrik yang belum masuk ke pedesaan, sehingga hanya terang lilin dan bisingnya genset mengisi malam di desa. Kawula muda hingga lanjut usia duduk berbincang dan bercengkrama di teras dengan gelak tawa yang menghiasi parasnya, merupakan cara tersendiri bagi mereka untuk mendapatkan suatu kebahagiaan dengan cara yang sederhana.

Foto 1. Anak-anak Desa Betuah pergi bersekolah dengan menggunakan sampan.

Hal terbaik yang tidak datang dalam kehidupan kami, khususnya diri saya pribadi, saat melihat bagaimana nilai Bhinneka Tunggal Ika tetap terpelihara di kehidupan desa. Dengan keberagaman suku, ras, etnis, dan agama, serta saling tolong menolong di kehidupan sehari-hari, dan tetap berjuang bertahan hidup di ekosistem lahan gambut yang memang sulit untuk diolah. Nilai gotong royong dan kerja sama begitu mudah ditemui meskipun terbentur dengan berbagai latar belakang yang mereka miliki. Segala hal yang kami saksikan mengajarkan saya bahwa sosok pahlawan gambut, kalimat yang sering digaungkan dalam program PMG ini hidup dan tumbuh dalam sosok individu masyarakat desa di lahan gambut.

Foto 2. Upacara Adat Gawai Padi, Desa Betuah.

Lahan gambut bukan sekedar lahan yang tumbuh beberapa milimeter pertahunnya, dengan segala kerentanan ekosistemnya. Namun, lebih jauh daripada itu, di atas gambut terdapat nilai kehidupan masyarakat pedesaan yang sudah sedari dulu terpelihara seiring dengan laju pertumbuhan lahan gambut. Sesungguhnya yang harus dipahami bukan hanya perihal melindungi ekosistem lahan gambut semata, namun juga melidungi dan melestarikan nilai-nilai serta penghidupan masyarakat pedesaan. Konsep ini adalah pelajaran yang bisa kami petik dalam mengikuti program Peneliti Muda Gambut Kalimantan Barat, serta tugas yang kami emban sebagai penerus generasi bangsa.