Top
 

Optimasi Perbanyakan Vegetatif untuk Meningkatkan Keberagaman dan Kualitas Tanaman pada Lahan Pertanian

Kendala harga getah yang tidak menguntungkan, ditambah dengan kuantitas dan kualitas yang kurang memuaskan, menjadi keluhan utama para petani di Desa Lebung Itam dan Penanggoan Duren, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Mayoritas mereka adalah pekebun karet monokultur. Keterbatasan pengetahuan dan minimnya informasi menyebabkan petani sering menanam bibit karet tanpa mempertimbangkan varietas dan keunggulan bibit.

Untuk mengatasi tantangan ini, ICRAF melalui Proyek Peat-IMPACTS mengadakan pelatihan perbanyakan vegetatif tanaman karet dan buah-buahan. Langkah awal ini merupakan implementasi model usahatani “Penganekaragaman tanaman di kebun karet rakyat melalui pembangunan kebun bibit karet dan buah-buahan”.

Dalam pelatihan, kelima metode perbanyakan vegetatif, seperti okulasi, sambung pucuk, susuan, cangkok, dan stek, diterapkan dengan menggunakan bibit durian dan alpukat. Petani juga mempelajari cara memilih batang bawah dan atas (entres), serta strategi mengatasi kekeringan dengan meningkatkan kelembaban tanah menggunakan batang pisang atau menerapkan sistem siram suntik.

Selain diajarkan perbanyakan vegetatif, petani juga mendapatkan pengetahuan tentang pemilihan bibit yang sesuai dengan iklim dan tekstur tanah di lokasi penanaman, serta cara mengatasi agar bibit tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Dengan menggunakan bibit karet unggul, petani dapat mencapai kuantitas dan kualitas getah karet yang lebih optimal. “Harapan saya, pelatihan ini akan mendorong petani pekebun tidak lagi membeli bibit yang tidak jelas varietas dan asal usulnya. Kita dapat menghasilkan bibit sendiri, membantu menyediakan bibit bagi petani lain, bahkan memiliki potensi untuk menjual ke luar desa,” Kata Saili, anggota Tim Kerja Desa.

Melalui pelatihan ini, diharapkan para petani mampu memproduksi bibit unggul dengan varietas yang jelas untuk memenuhi kebutuhan di kebun mereka, di dalam desa, bahkan dapat dijual sebagai sumber pendapatan bagi kelompok tani. Ketersediaan bibit buah-buahan seperti petai, pinang, durian, alpukat, dan duku dapat diintegrasikan di antara tanaman karet sebagai upaya penerapan sistem agroforestri. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan diversifikasi pendapatan petani, selain dari hasil getah karet.

Pelatihan yang berlangsung pada 16-21 Oktober 2023 di Desa Lebung Itam ini diikuti oleh 23 petani dari Desa Lebung Itam dan 20 petani dari Desa Penanggoan Duren; dengan melibatkan tim kerja desa, kelompok tani, kelompok perempuan, dan perangkat desa.

Oleh: Oktarinsyah Ade Pratama

Pupuk organik: solusi terhadap mahalnya harga pupuk kimia dan perbaikan kesuburan tanah

Saat ini pupuk kimia di Desa Nusakarta sangat sulit didapat. Kalaupun ada, harganya terus naik sehingga biaya perawatan kebun semakin mahal dan menyulitkan petani. Apalagi, pada kebun-kebun kelapa sawit tua yang produktivitasnya mulai menurun, sehingga memerlukan pupuk lebih banyak. Di sisi lain, pemberian pupuk kimia yang terus menerus membuat kesuburan tanah menurun, karena tanah menjadi asam dan tanaman mudah terserang penyakit.

Pupuk organik menjadi alternatif untuk mengatasi mahalnya harga pupuk kimia. Pupuk organik dapat tersedia secara alami dari pelapukan serasah tanaman yang ada di kebun, tetapi jumlahnya terbatas, apalagi pada kebun kelapa sawit monokultur.

Sebagai langkah awal implementasi model usaha tani, ICRAF melalui proyek Peat-IMPACTS mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik padat dan cair tentang pengayaan kelapa sawit dengan tanaman pinang, alpukat dan jahe untuk penganekaragaman produk dari kebun sawit.

Pembuatan pupuk organik menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, antara lain dedak padi, batang pisang, dedaunan/rerumputan hingga limbah rumah tangga.

Ibu Kuntani, anggota Tim Kerja Desa mengatakan, “Saya sudah sekitar satu tahun ini membuat pupuk organik padat maupun cair untuk tanaman cabai dan merasakan manfaatnya. Cabai yang saya tanam lebih tahan penyakit dan kondisi tanah semakin subur. Sangat menghemat biaya.”

Ibu Kuntani belajar membuat pupuk organik lewat kanal sosial media secara mandiri. Namun dia meyakini masih butuh belajar banyak, terutama cara membuat pengurai bahan organik dengan menggunakan bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Pupuk organik ini diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah, menyediakan unsur hara lengkap bagi tanaman, menjaga kelembapan dan tidak berdampak negatif untuk lingkungan.

Selain pelatihan pembuatan pupuk organik, sosialisasi mengenai dampak kebakaran lahan bagi lingkungan pun disampaikan, terutama pada lahan pertanian di lahan gambut. Pembakaran di lahan pertanian di lahan gambut akan menghilangkan fungsi gambut untuk menampung air. Hal ini dapat dirasakan di saat musim kemarau.

Pelatihan dilakukan pada tanggal 22-23 September 2023 di Desa Nusakarta yang diikuti oleh 23 orang yang terdiri dari tim kerja desa, kelompok tani, kelompok perempuan dan perangkat desa.

Oleh: Oktarinsyah Ade Pratama

Desa Rengas Abang berinovasi mengubah tandan kosong dan pelepah sawit menjadi pupuk organik

Sebagian besar masyarakat Desa Rengas Abang, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir menggantungkan hidup dari perkebunan kelapa sawit, baik menjadi buruh perkebunan, buruh pabrik pengolahan, maupun sebagai petani plasma.

Sebagai petani plasma, mereka terbiasa menggunakan pupuk kimia karena mudah didapat dan digunakan. Namun, mahalnya pupuk kimia membuat mereka mulai berfikir untuk mencari alternatif bahan lain yang dapat digunakan sebagai pupuk. Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan dampak penggunaan pupuk kimia terhadap lingkungan dalam jangka panjang menjadi pertimbangan untuk beralih ke pupuk organik.

ICRAF melalui Program Peat-IMPACTS membangun model usahatani “Pembuatan pupuk kompos berbahan baku tandan kosong” di Desa Rengas Abang yang diimplementasikan melalui kolaborasi antara pemerintah desa, BUmDesa Karya Makmur, koperasi dan perusahaan.

Terjalinnya kerja sama dengan PT. SAML, sebagai langkah awal, limbah pabrik pengolahan kelapa sawit berupa tandan kosong yang menumpuk menjadi inspirasi bagi para petani sawit Desa Rengas Abang untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik.

Pelatihan dilakukan pada 21 September 2023 yang dihadiri oleh 13 peserta perempuan dan 12 laki-laki dengan saling berbagi peran. Laki-laki mencacah bahan baku dan perempuan membuat biang untuk pengomposan.

Dua macam perlakuan dipraktikkan, yaitu: (1) pengomposan tandan sawit kosong, pupuk kandang, garam, molase, gula merah, EM4, dan (2) pengomposan pelepah sawit, batang pisang, garam, molase, hijauan, gula merah, pupuk kandang, EM4. Sebagai tambahan, pembiakan molase dengan bahan EM4, terasi, gula merah juga dipraktikkan dalam pelatihan.

“Pembuatan pupuk organik cukup mudah, apalagi bahan baku yang melimpah dan tersedianya alat pencacah milik BUMDesa sangat memungkinkan untuk memproduksi pupuk dalam jumlah banyak,” kata Bustanul Arif, salah satu peserta pelatihan yang menyambut baik kegiatan ini.

Manfaat pupuk organik, unsur hara yang dibutuhkan tanaman, bahan-bahan organik di sekitar kita yang mengandung unsur hara, serta praktik pengomposan bahan organik disampaikan dalam pelatihan.

Pelatihan pembuatan pupuk organik dilakukan agar petani mampu memenuhi kebutuhan pupuk mandiri di kebun pribadi mereka.

“Setelah kami memahami mengenai pembuatan pupuk organik, kedepannya kami dapat mengembangkan dengan menemukan komposisi yang tepat agar pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur hara yang cukup sehingga dapat digunakan untuk memupuk tanaman sawit mereka,” ungkap Nursayid, Ketua tim kerja desa, dengan bersemangat.

Oleh: Junaidi Hutasuhut

Rangkul para pihak wujudkan pengelolaan tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk gambut berkelanjutan

Kolaborasi dan harapan besar dalam menjaga serta mengelola ekosistem gambut di Kubu Raya telah menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung kehidupan dan keberlanjutan lingkungan. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah mengambil langkah nyata dalam hal ini melalui koordinasi pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Langkah ini terwujud dalam terbitnya Peraturan Daerah No. 4 tahun 2016 dan Peraturan Bupati No. 17 tahun 2017, yang mengatur tentang Organisasi dan Tata Kerja Forum TJSL Perusahaan. Selain itu, Keputusan Bupati Kabupaten Kubu Raya No. 528 tahun 2017 juga menjadi landasan untuk pembentukan Forum TJSL Perusahaan yang memiliki peran vital dalam menjaga ekosistem gambut. Semua ini mencerminkan komitmen serius untuk menjaga lingkungan dan memastikan keberlanjutan ekosistem gambut di Kubu Raya

Pada pelaksanaannya masih terdapat beberapa tantangan, untuk merespon itu ICRAF melalui Peat-IMPACTS bersama Pemda Kubu Raya dan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) telah melakukan berbagai rangkaian kegiatan diskusi terfokus dan lokakarya untuk merevitalisasi regulasi dan kelembagaan Forum TJSL Kubu Raya.

Proses ini telah menghasilkan dua peraturan bupati, yaitu Peraturan Bupati Nomor 19 tahun 2023 tentang Pelaksanaan TJSL Perusahaan dan Peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Forum TJSL Perusahaan.

Rabu, 11 Oktober 2023 diadakan Sosialisasi mengenai Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal dan Perizinan Berusaha berbasis risiko dan peraturan Bupati Kubu Raya tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan kepada seluruh pihak terkait, di Kubu Raya.

Kepala DPMPTSP Kab. Kubu Raya Maria Agustina menjelaskan, “Lokakarya ini juga untuk menyusun rencana aksi Forum TJSL Kabupaten Kubu Raya. Kemudian mengintegrasikan pelaksanaan TJSL dalam kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kubu Raya.”

“Kehadiran ICRAF, sama seperti komitmen awal untuk mendukung pemerintah daerah dalam mengelola dan melindungi gambutanya dengan melibatkan berbagai pihak. Pengelolaan gambut secara berkelanjutan, tidak mungkin hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan keterlibatan semua pihak, salah satu diantara stakeholder yang diharapkan berkontribusi adalah pengusaha,” ujar Ni Putu Sekar Trisnaning Laksmi, Peneliti ICRAF.

The 5th IKI Networking Workshop: Membangun kesuksesan bersama dalam mitigasi, adaptasi, dan konservasi alam

Pada tanggal 9 Oktober 2023, ICRAF Indonesia turut hadir dalam acara the 5th IKI Networking Workshop yang bertema “Interlinkages between climate, biodiversity, and energy” di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh beberapa Project Managers, perwakilan dari Pemerintah Indonesia dan Jerman, serta perwakilan dari berbagai organisasi yang melaksanakan proyek yang didanai oleh International Climate Initiative (IKI). Lebih dari 50 proyek yang mewakili berbagai topik terkait mitigasi, adaptasi, kehutanan, dan biodiversitas turut berpartisipasi dalam acara ini.

Tahun ini, International Climate Initiative (IKI), yang berdiri sejak tahun 2008, merayakan ulang tahunnya yang ke-15. Perayaan ini menjadi momentum untuk mengapresiasi kesuksesan yang telah dicapai, yang tak lepas dari kerja sama erat dan kolaborasi antara IKI, para mitra, dan para pelaksana proyek yang telah berkontribusi selama satu setengah dekade lebih.

Kilian Schubert, dari Federal Ministry for the environment, Nature Conservation, Nuclear Safety and Consumer Protection, menyampaikan apresiasi pencapaian yang luar biasa ini, yang mencakup hampir lebih dari 950 proyek yang telah berhasil diselesaikan dan juga untuk yang masih berjalan hingga saat ini.

Workshop kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama dalam format World Café yang mencakup berbagai topik, termasuk tantangan utama dalam implementasi proyek, keberlanjutan intervensi proyek dalam jangka panjang, serta berbagi pengetahuan dan jaringan.

ICRAF Indonesia juga turut serta dalam booth marketplace dengan menghadirkan beberapa publikasi dan produk-produk hasil kegiatan Proyek Peat-IMPACTS dalam budidaya usaha tani. Diantaranya madu lebah trigona dan beras ramah lingkungan yang ditanam dengan metode agrosilvo-fishery, serta pupuk organik padat dan cair.

Produk-produk ini menjadi contoh nyata dari upaya pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, peningkatan kapasitas pengetahuan Masyarakat desa, dan sekaligus berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa Baru, Kab Banyuasin, Sumatera Selatan. Booth marketplace ini juga diikuti oleh 14 proyek lainnya.

Oleh: Tikah Atikah

Mengenal tanaman yang tidak disukai oleh gajah: pentingnya penyadartahuan

Kehadiran gajah ke sawah di Desa Jadi Mulya, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan seringkali menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Padi yang mulai berbulir menjadi daya tarik untuk didatangi, dimakan dan dirusak.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh petani untuk menghindari kerugian akibat serangan gajah terhadap tanaman padi?

Namun, ada tindakan yang bisa diambil oleh petani untuk mengurangi risiko kerugian akibat serangan gajah. Gajah tidak suka memakan semua jenis tanaman, dan beberapa di antaranya bisa dijadikan alternatif yang ditanam sebagai “barrier” untuk melindungi tanaman padi dari serangan gajah. Dengan memahami jenis-jenis tanaman yang tidak disukai oleh gajah, petani dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif.

ICRAF melalui Project Peat-IMPACTS membangun model bisnis “Penerapan agroforestri palatabilitas rendah bagi gajah untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan gajah”. Sebagai implementasi dari bisnis model ini adalah penyadartahuan tentang agroforestri dengan jenis tanaman palatabilitas rendah bagi gajah.

Serangkaian pelatihan dilakukan, yaitu perbanyakan vegetatif dan generatif jenis tanaman palatabilitas rendah, pembuatan pupuk organik padat dan cair, serta penyadartahuan tentang agroforestri, antara tanggal 18-20 September 2023.

Pelatihan ini dihadiri 25 orang yang terdiri dari tim kerja desa, kelompok tani, kelompok perempuan dan perangkat desa. Umumnya mereka cukup memahami mengenai agroforestri dan menyebutkan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di Desa Jadi Mulya, antara lain pete, jengkol, kemiri, jeruk, cabai dan serai wangi.

Para peserta pelatihan secara aktif terlibat dalam proses perencanaan kebun agroforestri dengan menggunakan alat bantu berupa papan simulasi agroforestri. Proses musyawarah berlangsung antara peserta laki-laki dan perempuan, mereka berdiskusi bersama untuk menentukan rancangan agroforestri yang sesuai. Keputusan diambil secara partisipatif, mencerminkan kerja sama yang kuat antara peserta pria dan wanita dalam mengambil langkah yang terbaik untuk kebun agroforestri mereka.

Ketua Tim Kerja Desa Jadi Mulya, Hariyanto mengatakan “Sistem agroforestri sangat cocok dikembangkan di desa ini agar petani tidak hanya mengandalkan satu sumber pendapatan yaitu padi. Agroforestri dengan jenis palatabilitas rendah bagi gajah diharapkan dapat ditanam di sepanjang lahan yang berbatasan dengan hutan perusahaan tanaman industri, sebagai penghalang masuknya gajah ke persawahan.”

Oleh: Romadhona Hartiyadi

Pembukaan Lahan Tanpa Bakar: dampak positif jangka panjang dan solusi untuk keberlanjutan usahatani di Kubu Raya, Kalimantan Barat

Dampak dari praktik pembukaan lahan dengan cara membakar yang dilakukan oleh masyarakat di Kubu Raya, Kalimantan Barat mulai dirasakan sejak Bulan Juli-September 2023. Masyarakat menganggap praktik ini adalah cara praktis dan ekonomis dalam persiapan lahan pertanian.

Pertanyaannya, selain menimbulkan asap dan abu yang berdampak buruk bagi kesehatan, adakah dampak jangka panjang lainnya yang lebih merugikan? Lantas apa solusinya dari dampak negatif jangka panjang dapat diminimalkan agar keberlanjutan usahatani tetap terjaga?

Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan Pelatihan Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) di empat desa pilot Project Peat-IMPACTS, yaitu Desa Sungai Asam, Sungai Radak Dua, Bengkarek dan Pasak, Kab. Kubu Raya, diantara tanggal 4-11 September 2023.

Joko Wiryanto, ahli pertanian organik, menjelaskan dampak negatif pembakaran lahan terhadap kesuburan tanah, yang menyebabkan matinya biota tanah yang berperan penting dalam menguraikan bahan organik dan menghasilkan humus serta unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

Memanfaatkan gulma yang tumbuh dengan tanpa membakar dapat menjadi sumber humus. Gulma ditebas, ditumpuk dalam parit kecil, dan ditutup kembali dengan tanah agar terjadi dekomposisi dan menghasilkan unsur hara. Enzim pengurai untuk mempercepat proses dekomposisi dapat dibuat sendiri oleh petani dengan bahan-bahan yang mudah didapat, seperti dedak, buah-buahan, gula, dan lain-lain yang disebut sebagai formula F0 dan F1 embio, untuk mempercepat proses penguraian bahan organik, juga untuk mempercepat pemulihan biota tanah yang hilang akibat pembakaran.

“Menyiapkan Lahan Tanpa Bakar memiliki banyak manfaat dalam meningkatkan kualitas lahan dan memanfaatkan sisa-sisa daun, sampah, dan gulma sebagai sumber humus dan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik lebih baik dalam menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang, berbeda dengan penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak kesuburan tanah,” ungkap Joko.

Oleh: Nurhayatun Nafsiyah

Agro-Silvo-Fishery dan Lebah Trigona: Demoplot inovatif untuk kesejahteraan masyarakat Desa Baru

Agroforestri merupakan strategi pemanfaatan dan penggunaan lahan berkelanjutan di wilayah tropis, menjaga ekosistem ramah lingkungan serta sebagai upaya mata pencaharian dan penghidupan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Namun, di tengah tantangan global beberapa hambatan masih ada, seperti deforestasi, lahan pertanian terdegradasi, dan konsumsi energi tak terbarukan.

Untuk itu, mengatasi agroforestri tropis secara global menjadi sangat penting, tidak hanya untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim, tetapi juga untuk membangkitkan solusi-solusi baru yang sesuai dengan berbagai tujuan dan SDGs.

Departemen Tanah dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menyelenggarakan konferensi internasional tentang “Agroforestri Tropika Indonesia” pada 29-31 Agustus 2023, di Malang, Jawa Timur. Untuk menelusuri multifungsionalitas lanskap, keamanan air, ketahanan terhadap aktivitas vulkanik, adaptasi perubahan iklim, dampak Covid-19, tuntutan pasar yang berkembang, ketahanan pangan, kesehatan manusia, dan transisi dari orientasi produk ke ekonomi berbasis layanan.

Dalam acara Konferensi Internasional ini, peneliti ICRAF Indonesia, Junaidi Hutasuhut, hadir dan memaparkan dua topik presentasi, yaitu “Ecotourism: Another Benefit of Agro-Silvo-Fishery and Trigona Apiculture in Peatland Ecosystem of Baru Vilage, Banyuasin, South Sumatra”, dan “Monitoring Behaviour Change of Farmers to Support Ecologically Friendly Agricultural Management Programme ini Peatland Ecosystems”.

Agro-silvo-fishery berupa penanaman padi yang dikelilingi kolam untuk memelihara ikan lokal dengan penanaman palawija, pinang dan pohon buah-buahan, merupakan demoplot yang dibangun pada luasan sekitar 2 ha di Desa Baru, Banyuasin, Sumatera Selatan sejak tahun 2022 melalui Peat-IMPACTS program. Sementara demoplot lebah Trigona dibangun dengan menempatkan 15 stup lengkap dengan berbagai jenis tanaman pakan lebah. Kelompok tani menjadi pelaku dalam demoplot tersebut dan hasilnya dikelola oleh BUMDes, antara lain madu kelulut dan beras. Pupuk organik hasil buatan kelompok tani dimanfaatkan untuk budidaya padi dan ikan serta dijual melalui BUMDes.

Dukungan dari pemerintah kabupaten dan desa menjadi penyemangat bagi masyarakat desa dalam melaksanakan kegiatan. Selain memberikan hasil berupa produk, keberadaan kolam dan ikan menjadi daya tarik bagi para pemancing, hingga menjadi suatu agenda ekowisata rutin yang memberikan manfaat secara ekonomi. Bahkan, budidaya lebah Trigona telah dikunjungi oleh desa-desa lain sebagai tempat belajar.

Pendampingan dan pelatihan telah diberikan untuk kelompok tani di Desa Baru, sehingga terjadi perubahan perilaku, yaitu menerapkan model bisnis yang saat ini dikembangkan. Pemantauan terhadap perubahan perilaku telah dilakukan dengan menilai berdasarkan tahapan Kesadaran, Keinginan, Pengetahuan, Kemampuan, dan Penguatan.

Selama 1,5 tahun kegiatan demoplot, telah ada tiga orang petani yang meniru berbudidaya lebah Trigona hingga mencapai 101 stup lebah, dan lima petani meningkat kompetensinya sebagai pembuat pupuk organik secara individu, bahkan telah menjadi nara sumber pembuatan pupuk organik di desa lain.

Wawasan yang dihadirkan dalam konferensi ini diharapkan akan berkontribusi secara signifikan dalam menyelesaikan masalah hutan dan lingkungan tropis. Dengan memanfaatkan pengetahuan dalam pengelolaan pertanian, untuk dapat memastikan pangan berkualitas tinggi, mengembalikan keberlanjutan ekosistem hutan, dan mengejar alternatif energi terbarukan.

Aspirasi dari acara ini adalah untuk memperkuat jaringan global dan kerjasama dalam pengelolaan agroforestri tropis, memicu solusi inovatif yang sejalan dengan tujuan abad ke-21.

Oleh: Tikah Atikah

—–

Keynote speaker slides dapat diunduh disini: https://s.ub.ac.id/ictaf23

Pelatihan Pupuk Organik: meningkatkan kesadaran dan kemampuan petani menuju pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan

Pupuk organik merupakan komponen penting dalam praktik pertanian ramah lingkungan terutama pada ekosistem lahan gambut yang memiliki tingkat kemasaman lebih tinggi . Umumnya petani menggunakan kotoran hewan (KOHE) seperti kotoran sapi, ayam atau kambing sebagai bahan baku pupuk organik. Namun besarnya kebutuhan dan terbatasnya ketersediaan KOHE membuat petani kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku pupuk organik.

Melalui program #PeatIMPACTS telah mendampingi pelatihan pembuatan pupuk organik di dua desa pilot, Desa Baru dan Daya Kesuma di Kabupaten Banyuasin, dalam upaya meningkatkan kapasitas petani dalam pengelolaan pupuk organik secara mandiri. Pelatihan ini diawali dengan sosialisasi mengenai teknik pengomposan, jenis bahan baku yang digunakan, dan peralatan yang diperlukan. Pelatihan ini diikuti oleh kelompok tani binaan, kelompok perempuan, dan beberapa perangkat desa.

Bahan baku pupuk organik adalah rumput sejenis kumpai yang ada di persawahan, kotoran sapi, EM4 dan gula. Peserta pelatihan bergotong royong mencacah bahan baku dan mencampurkan bahan-bahan sesuai dengan arahan, dilanjutkan dengan pengomposan. Selama proses pengomposan, bahan campuran dibolak-balik agar merata dan maksimal.

Pendamping pelatihan, Iskak Nugky dari ICRAF menjelaskan, bahwa dalam pembuatan pupuk organik, para petani juga dapat memanfaatkan bahan-bahan organik yang tersedia di sekitarnya, seperti rumput, jerami padi, batang jagung dan bahan organik lainnya.

Penerapan pupuk organik tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, juga secara berkelanjutan dapat meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Selain itu, pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku pupuk dapat mengurangi tingkat kebakaran lahan, karena seresahnya dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.

Harapannya, petani dan masyarakat akan semakin menyadari betapa pentingnya penggunaan pupuk organik dalam praktik pertanian mereka. Dengan pengetahuan yang diberikan, diharapkan tercipta kemandirian dalam memenuhi kebutuhan akan pupuk organik, bahkan membuka peluang untuk menjualnya kepada petani lain yang membutuhkan, sebagai alternatif sumber pendapatan ekonomi keluarga petani.

Oleh: Junaidi Hutasuhut

Wakil Presiden RI Tegaskan PentingnyaKomitmen Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia

Dengan mengusung tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting, untuk Indonesia Maju”, peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 tahun 2023 telah sukses diselenggarakan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada tanggal 3-6 Juli 2023. Puncak peringatan acara ini dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin, Menteri Kesehatan RI, BKKBN, Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, Bupati/Walikota dan Instansi lainnya se-Indonesia.

Peringatan Harganas ke-30 menjadi momentum istimewa dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan mempercepat penurunan stunting. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, bahwa mengurangi jumlah kelahiran yang berdampak pada peledakan jumlah penduduk sudah bukan menjadi tantangan lagi, tetapi upaya untuk mengurangi kesenjangan fertility rate antar provinsi dan percepatan penanganan stunting menjadi fokus utama.

Percepatan penurunan angka stunting telah dicapai Sumatera Selatan. Hal ini disampaikan oleh Gubernur Sumsel, H. Herman Deru yang menyampaikan bahwa angka stunting Sumsel dari 24.8% telah menurun menjadi 18.6%. Beliau mengapresiasi keberhasilan ini berkat kerja sama antara BKKBN RI, Kementerian Kesehatan, Bupati, Walikota dan Tim Penggerak PKK.

Dalam sambutannya Wakil Presiden RI, Prof. Dr. K. H. Ma’ruf Amin menekankan bahwa pentingnya keluarga tidak hanya dalam membentuk generasi, namun juga terhadap dampak stunting pada kualitas individu. Beliau mengatakan, “Masyarakat dan Bangsa Tergantung Keluarganya. Keluarga secara internal berperan dalam melahirkan generasi yang sehat dan secara eksternal menumbuhkan masyarakat dan negara yang hebat. Kesadaran masyarakat dalam memprioritaskan pemenuhan asupan gizi keluarga dan pengasuhan anak secara layak harus lebih ditingkatkan”.

Pemenuhan asupan gizi ini dapat diperoleh melalui pemanfaatan pangan lokal dan perilaku hidup serta pergaulan yang sehat. Semua itu harus menjadi aspek yang diperhatikan dan menjadi catatan penting dalam pengasuhan anak secara layak, tambah beliau.

ICRAF Indonesia berkesempatan mengikuti acara dengan menampilkan produk-produk dari hasil pengembangan model usahatani. Pengembangan ini merupakan bagian dari project Peat-IMPACTS yang saat ini diimplementasikan di desa pilot di Kabupaten Banyuasin yang berkolaborasi bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin. Model usahatani agroforestri dan paludikultur yang diterapkan di desa pilot tersebut bertujuan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat desa, namun tetap menjaga ekosistem gambut. Praktik-praktik usahatani yang ramah lingkungan diterapkan pada lahan-lahan tidur yang dianggap sulit untuk diusahakan oleh masyarakat dengan memodifikasi lahan, seperti mina padi dan budidaya lebah kelulut.

Dari model usahatani tersebut dihasilkan beberapa produk unggulan yang dipamerkan, antara lain beras, pupuk organik cair dan padat, serta madu kelulut. Beras dihasilkan dari pemanfaatan lahan tidur di kawasan hidrologi gambut melalui sistem mina padi. Selain beras, dalam sistem mina padi ini juga berpotensi menghasilkan produk berupa ikan, jagung, sayur-sayuran dan buah-buahan yang sangat penting untuk meningkatkan gizi keluarga petani yang tentunya akan turut berkontribusi dalam mengatasi masalah stunting pada anak-anak.

Pupuk organik cair dan padat yang diproduksi oleh kelompok tani dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas tanaman pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia serta berkontribusi dalam menjaga kesuburan tanah secara berkelanjutan. Madu kelulut yang dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh dan mencegah masalah kesehatan.

Bupati Banyuasin H. Askolani, SH., MH, yang hadir sebagai tuan rumah acara Harganas 2023, mengunjungi booth pameran kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Banyuasin dan ICRAF Indonesia sebagai bentuk apresiasi atas kiprah ICRAF di Provinsi Sumatera Selatan. Beliau menyampaikan bahwa melalui pendampingan, pengembangan, dan pemberdayaan petani Desa Baru, kapasitas petani dapat ditingkatkan dalam menggali potensi dan keunggulan hasil pertanian, dengan dampak positif pada keberlanjutan usahatani, ekonomi keluarga, dan pendapatan daerah masyarakat desa. Dengan dukungan praktik usahatani ini, diharapkan masyarakat dapat mencapai kemandirian ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

oleh: Agrian Maulana dan Tikah Atikah