Top
 

Optimasi Perbanyakan Vegetatif untuk Meningkatkan Keberagaman dan Kualitas Tanaman pada Lahan Pertanian

Kendala harga getah yang tidak menguntungkan, ditambah dengan kuantitas dan kualitas yang kurang memuaskan, menjadi keluhan utama para petani di Desa Lebung Itam dan Penanggoan Duren, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Mayoritas mereka adalah pekebun karet monokultur. Keterbatasan pengetahuan dan minimnya informasi menyebabkan petani sering menanam bibit karet tanpa mempertimbangkan varietas dan keunggulan bibit.

Untuk mengatasi tantangan ini, ICRAF melalui Proyek Peat-IMPACTS mengadakan pelatihan perbanyakan vegetatif tanaman karet dan buah-buahan. Langkah awal ini merupakan implementasi model usahatani “Penganekaragaman tanaman di kebun karet rakyat melalui pembangunan kebun bibit karet dan buah-buahan”.

Dalam pelatihan, kelima metode perbanyakan vegetatif, seperti okulasi, sambung pucuk, susuan, cangkok, dan stek, diterapkan dengan menggunakan bibit durian dan alpukat. Petani juga mempelajari cara memilih batang bawah dan atas (entres), serta strategi mengatasi kekeringan dengan meningkatkan kelembaban tanah menggunakan batang pisang atau menerapkan sistem siram suntik.

Selain diajarkan perbanyakan vegetatif, petani juga mendapatkan pengetahuan tentang pemilihan bibit yang sesuai dengan iklim dan tekstur tanah di lokasi penanaman, serta cara mengatasi agar bibit tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Dengan menggunakan bibit karet unggul, petani dapat mencapai kuantitas dan kualitas getah karet yang lebih optimal. “Harapan saya, pelatihan ini akan mendorong petani pekebun tidak lagi membeli bibit yang tidak jelas varietas dan asal usulnya. Kita dapat menghasilkan bibit sendiri, membantu menyediakan bibit bagi petani lain, bahkan memiliki potensi untuk menjual ke luar desa,” Kata Saili, anggota Tim Kerja Desa.

Melalui pelatihan ini, diharapkan para petani mampu memproduksi bibit unggul dengan varietas yang jelas untuk memenuhi kebutuhan di kebun mereka, di dalam desa, bahkan dapat dijual sebagai sumber pendapatan bagi kelompok tani. Ketersediaan bibit buah-buahan seperti petai, pinang, durian, alpukat, dan duku dapat diintegrasikan di antara tanaman karet sebagai upaya penerapan sistem agroforestri. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan diversifikasi pendapatan petani, selain dari hasil getah karet.

Pelatihan yang berlangsung pada 16-21 Oktober 2023 di Desa Lebung Itam ini diikuti oleh 23 petani dari Desa Lebung Itam dan 20 petani dari Desa Penanggoan Duren; dengan melibatkan tim kerja desa, kelompok tani, kelompok perempuan, dan perangkat desa.

Oleh: Oktarinsyah Ade Pratama

Pupuk organik: solusi terhadap mahalnya harga pupuk kimia dan perbaikan kesuburan tanah

Saat ini pupuk kimia di Desa Nusakarta sangat sulit didapat. Kalaupun ada, harganya terus naik sehingga biaya perawatan kebun semakin mahal dan menyulitkan petani. Apalagi, pada kebun-kebun kelapa sawit tua yang produktivitasnya mulai menurun, sehingga memerlukan pupuk lebih banyak. Di sisi lain, pemberian pupuk kimia yang terus menerus membuat kesuburan tanah menurun, karena tanah menjadi asam dan tanaman mudah terserang penyakit.

Pupuk organik menjadi alternatif untuk mengatasi mahalnya harga pupuk kimia. Pupuk organik dapat tersedia secara alami dari pelapukan serasah tanaman yang ada di kebun, tetapi jumlahnya terbatas, apalagi pada kebun kelapa sawit monokultur.

Sebagai langkah awal implementasi model usaha tani, ICRAF melalui proyek Peat-IMPACTS mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik padat dan cair tentang pengayaan kelapa sawit dengan tanaman pinang, alpukat dan jahe untuk penganekaragaman produk dari kebun sawit.

Pembuatan pupuk organik menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, antara lain dedak padi, batang pisang, dedaunan/rerumputan hingga limbah rumah tangga.

Ibu Kuntani, anggota Tim Kerja Desa mengatakan, “Saya sudah sekitar satu tahun ini membuat pupuk organik padat maupun cair untuk tanaman cabai dan merasakan manfaatnya. Cabai yang saya tanam lebih tahan penyakit dan kondisi tanah semakin subur. Sangat menghemat biaya.”

Ibu Kuntani belajar membuat pupuk organik lewat kanal sosial media secara mandiri. Namun dia meyakini masih butuh belajar banyak, terutama cara membuat pengurai bahan organik dengan menggunakan bahan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Pupuk organik ini diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah, menyediakan unsur hara lengkap bagi tanaman, menjaga kelembapan dan tidak berdampak negatif untuk lingkungan.

Selain pelatihan pembuatan pupuk organik, sosialisasi mengenai dampak kebakaran lahan bagi lingkungan pun disampaikan, terutama pada lahan pertanian di lahan gambut. Pembakaran di lahan pertanian di lahan gambut akan menghilangkan fungsi gambut untuk menampung air. Hal ini dapat dirasakan di saat musim kemarau.

Pelatihan dilakukan pada tanggal 22-23 September 2023 di Desa Nusakarta yang diikuti oleh 23 orang yang terdiri dari tim kerja desa, kelompok tani, kelompok perempuan dan perangkat desa.

Oleh: Oktarinsyah Ade Pratama

Tim Kerja Desa Anugerah Bersama: menuju kebun pembibitan berkualitas dengan inovasi dan semangat

Permasalahan kualitas dan kuantitas getah karet yang rendah, serta harga yang kurang menguntungkan, menjadi keluhan petani karet di Desa Lebung Itam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Berbagai faktor diduga menjadi penyebabnya, antara lain kualitas bibit yang rendah, perawatan tanaman yang belum sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman atau tanaman sudah terlalu tua. Akibatnya, mereka terpaksa mencari pekerjaan di tempat lain. Di lain pihak, lahan yang semestinya menjadi sumber penghasilan utama menjadi kurang diperhatikan.

ICRAF melalui project #Peat-IMPACTS, melakukan pendampingan dan pelatihan dalam pembangunan kebun pembibitan sebagai model usahatani yang diterapkan Tim Kerja Desa Anugerah Bersama, di Desa Lebung Itam. Pembangunan kebun pembibitan ini bertujuan untuk menyediakan bibit atau bahan tanaman dengan kualitas baik. Mereka bersemangat dalam mempersiapkan lahan percontohan yang akan menjadi ruang belajar bersama untuk meningkatkan kualitas getah karet dan penganekaragaman tanaman buah-buahan.

Lahan percontohan disiapkan dengan pendekatan ramah lingkungan, termasuk pembukaan lahan tanpa bakar, pengurangan penggunaan herbisida, dan pemanfaatan bahan organik seperti pupuk kendang, daun kering dan batang pohon pisang untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menyimpan unsur hara dalam tanah.

Keterlibatan seluruh petani dalam proses penanaman dan perawatan bibit karet serta buah-buahan di lahan percontohan seluas 0,5 ha menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Dalam aspek bisnis, mereka didorong untuk mengelola dan menjual bibit karet dan buah-buahan yang telah bersertifikat dengan harga yang terjangkau di pasar lokal bagi sesame petani.

Ibu Triana dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Sumatera Selatan, yang turut hadir saat persiapan lahan, menyampaikan bahwa penangkaran bibit bersertifikat masih langka di masyarakat.

Diharapkan kebun induk yang dikelola oleh Tim Kerja #DesaLebungItam dapat menjadi pelopor penyedia bibit berkualitas dan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar akan bibit karet dan buah-buahan.

Oleh: Oktarinsyah Ade Pratama