Top
 

Memetakan Kemajuan Usaha Tani Melalui Outcome Mapping

Kabupaten Kubu Raya sungguh istimewa. Kekayaan ekologisnya memberi peluang beragam usaha tani dan sekaligus tantangannya. Keberadaan gambut di wilayah kabupaten memberi pilihan-pilihan yang terbatas bagi masyarakat yang tinggal di wilayah gambut. Mengingat pentingnya mempertahankan kondisi gambut atau lahan basah tersebut, pilihan usaha tani harus mempertimbangkan sisi ekonomi dan sisi konservasi gambut.

Peneliti ICRAF bersama dengan Yayasan Natural Kapital Indonesia (YNKI) telah mengolah data dan informasi awal tentang opsi-opsi usaha tani yang dapat diupayakan oleh para petani di enam desa pilot, yaitu Desa Permata, Sungai Radak Dua, Sungai Asam, Kubu, Bengkarek, dan Pasak. 

ICRAF dan YNKI menyelenggarakan lokakarya multipihak “Pengembangan Peta Jalan untuk Implementasi Model Bisnis dengan Menggunakan Kerangka Outcome Mapping” yang dihadiri oleh dinas pemerintah terkait, perwakilan desa, LSM, pihak swasta, dan lainnya pada 31 Januari- 2 Februari 2023 di Gardenia Resort and Spa, Kubu Raya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang pentingnya peran multipihak dan kontribusi mereka dalam penerapan model-model usaha tani yang berwawasan lingkungan, yang ditandai dengan penandatanganan Kesepakatan Pelaksanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan (KP2BL).

Apa itu Outcome Mapping (OM)?

Outcome mapping (OM) merupakan metode pendekatan dalam membangun kerangka pikir bagi pelaksana program yang berorientasi pada perubahan perilaku aktor, interaksi para aktor, serta pemetaan perubahannya. Pendekatan OM mengakui kompleksitas sistem sosial dan keterbatasan intervensi program. Pendekatan ini umum digunakan pada proyek riset aksi untuk memperluas tingkat serapan hasil penelitian dan mempengaruhi kebijakan.

Pendekatan OM menjawab siapa berperan sebagai apa dan bagaimana hubungan antar komponen pengelola satu sama lain. Selain itu OM juga menjawab bagaimana cara mencapai target dan pelaksana mengetahui proses implementasi. Pendekatan OM mensyaratkan kombinasi penguatan kapasitas, refleksi, negosiasi, evaluasi dan penetapan tujuan perbaikan antar aktor dalam seluruh program. Aktivitas kunci pada pendekatan ini meliputi interaksi dialog dan pembelajaran bersama yang terus menerus.

Penerapan pendekatan OM pada pengembangan usaha tani terpadu dengan agroforestry telah didukung ICRAF melalui Peat-IMPACTS Indonesia. Pendekatan OM dinyatakan para pihak sebagai pendekatan yang baru, dan para pihak cukup tertarik mengungkap situasi permasalahan pada usaha tani yang terkait dengan usaha komoditas Karet, Kopi, Hortikultura, serta situasi pendukung usaha tani seperti banjir, kebakaran dan rendahnya dukungan infrastruktur pendukung usaha pertanian. Pemerintah Desa melalui Tim Kerja Desa (TKD) yang terbentuk dibawa untuk memetakan perubahan masa depan dari Usaha Tani yang akan terjadi melalui kontribusi dukungan para pihak; OPD, Pihak Swasta dan LSM.

Dalam lokakarya OM ini, desa Bengkarek, Sungai Asam, dan Pasak terlebih dahulu melakukan pemetaan OM pada pengembangan model sistem usaha tani agroforestry di lahan gambut. Proses selama 3 hari ini dimaksimalkan oleh TKD untuk menyusun langkah-langkah pemetaan OM bersama para pihak yang akan menjadi mitra strategis. Pemetaan peta jalan implementasi dengan Outcome Mapping disusun bersama-sama dalam kelompok kecil yang disesuaikan dengan model sistem usaha tani di desa Bengkarek, Sungai Asam, dan Pasak. Adapun model usaha tani yang akan dikembangkan di desa Bengkarek dan Pasak adalah perbaikan pengelolaan agfororestry kopi, karet, pinang, petai, dan cabai, sedangkan di desa Sungai Asam adalah perbaikan agroforestry nanas dan pengayaan pohon buah-buahan.

Dalam proses identifikasi rancangan OM, Subekti Rahayu (WP3 Peat-IMPACTS Leader, ICRAF Indonesia) menyampaikan bahwa penghidupan di ekosistem gambut dapat dibilang susah, karena ekosistemnya unik sehingga perlu penanganan spesifik. Di lahan gambut kondisinya selalu tergenang, tanahnya miskin, sehingga perlu dipilih jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam. Opsi penghidupan terbatas, sehingga perlu peningkatan kapasitas di tingkat kelompok tani, masyarakat atau OPD sekitar. Dengan #PahlawanGambut kami merangkul berbagai pihak untuk memperhatikan kelestarian lingkungan bersama-sama melalui pengembangan usaha tani berbasis agroforestry. Cara mewujudkan penghidupan ini penting dikerjakan bersama-sama karena akan lebih mudah dalam mengimplementasikan konsep “kepong bakol”.

Drs. Jakariyansyah, M.Si (Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kubu Raya) memaparkan materi terkait strategi pembangunan desa, bahwa hakitat dalam proses pembangunan desa terdiri dari pemerintah desa yang efektif, professional, transparan dan akuntabel, pemberdayaan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Pihak-pihak terkait yang akan menjadi mitra strategis dalam implementasi pengembangan model sistem usaha tani di desa tersebut juga menyampaikan komitmen dukungannya, salah satunya 101-Coffee House yang dihadiri oleh Siti Masitha menyampaikan bahwa akan mendukung petani mengembangkan kopi untuk menaikkan grade/ kualitas kopi dan mendampingi desa Bengkarek dan Pasak punya brand produk kopi kemasan.

Bupati Kubu Raya, H. Muda Mahendrawan, S.H menyampaikan program Peat-IMPACTS perlu didukung oleh dinas-dinas lain di lingkungan Kabupaten Kubu Raya. Mengintegrasikan dengan program Pembangunan Desa dari DPMPD, Dinas UMKM untuk menjembatani legalitas produk UMKM, program TJSL dari perusahaan serta integrasi dengan pemberdayaan perempuan melalui akademi Paradigta. Harapannya melalui kegiatan pengembangan usaha tani ini desa-desa bisa berkelanjutan dan menjadi usaha sederhana dari rumah tangga bisa terus bergerak dan menjadi UMKM unggulan desa.

UNTUK GENERASI MASA DEPAN: Launching Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya

Edukasi Gambut, Mengapa Penting? Ekosistem gambut di Kabupaten Kubu Raya adalah sumber daya alam yang berperan penting bagi penghidupan masyarakat. Sayangnya, ekosistem gambut seringkali tidak dikelola dengan baik karena minimnya pengetahuan tentang karakteristik dan praktik pengelolaan terbaik. Akibatnya, berbagai permasalahan seperti kebakaran, dan rusaknya habitat alami seringkali terjadi. Karenanya, pengetahuan tentang pengelolaan gambut perlu ditanamkan sejak dini melalui jalur edukasi formal sejak sekolah dasar. Akan tetapi, walaupun penelitian sudah banyak dilakukan, hasil-hasil yang ada masih perlu dikembangkan dan disesuaikan agar dapat menjadi konsumsi belajar anak-anak sekolah.

Diawali dengan persembahan tundang (pantun berdendang) Melayu dari siswa SMPN 3 Sungai Kakap, Kubu Raya, acara “Launching kurikulum muatan lokal gambut dan mangrove di Kabupaten Kubu Raya” yang diadakan pada tanggal 30 November 2022 di Gardenia Resort Kubu Raya ini, berisi pesan ajakan kepada generasi muda untuk mencintai dan mengelola lingkungan, khususnya gambut dan mangrove, serta sebagai #PahlawanGambut generasi muda siap untuk melanjutkan dan memahami ekosistem gambut dan mangrove.

Mengawali acara, Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Dr. Suwignya Utama, MBA menyampaikan apresiasi dan rasa bangga kepada Pemerintah Daerah yang telah menginisiasi dan menyambut baik seluruh proses penyusunan kurikulum Kubu Raya, serta menjadi yang yang pertama untuk menerapkan edukasi dan langkah nyata untuk bergerak dan belajar menerapkan kurikulum gambut dan mangrove yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”.

Dr Sonya Dewi, Direktur ICRAF Indonesia pun menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi tak terhingga, kepada Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, yang melalui kepemimpinan Bupati Muda Mahendrawan, telah menunjukkan komitmen dan konsistensi yang begitu kuat terhadap kelestarian dan keberlanjutan ekosistem gambut di Kabupaten Kubu Raya.

“Tahun lalu, Indonesia baru saja sebuah komitmen baru terhadap diri sendiri dan masyarakat global yang disebut sebagai Strategi Jangka Panjang-Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim. Salah satu hal penting disana adalah komitmen Indonesia untuk mencapai kondisi netral-karbon di tahun 2060. Artinya pada saat itu jumlah kumulatif emisi dan sequestrasi Indonesia adalah nol. Di dalam dokumen tersebut, kata “gambut” disebutkan sebanyak 27 kali, jauh lebih banyak dari kata “keanekaragaman Hayati” bahkan kata “konservasi”. Artinya, ekosistem gambut memang diakui memegang peranan penting dalam pencapaian target penanganan perubahan iklim Indonesia.”, tambah Sonya.

“Manfaat keberadaan gambut dan mangrove ini harus dinikmati oleh seluruh masyarakat Kubu Raya, berangkat dari sanalah kita berusaha menyambut baik inisiasi dan gagasan guna mendukung pemahaman mengenai lingkungan gambut dan mangrove ini harus diawali dari dari para generasi muda sebagai penerus bangsa, melalui pembelajaran dan pemahaman edukasi dijenjang SD dan SMP”, Kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya, M. Ayub, S.Pd.

Ir. Huda Ahsani, MSi, Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut, mewakili Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Ir. Sri Parwati Murwani Budisusanti MSc,. mengatakan bahwa penguatan sumber daya manusia merupakan kegiatan utama, sehingga pengembangan kurikulum mulok gambut dan mangrove ini penting untuk menyokong ketahanan pangan, konservasi keanekaragaman hayati dan tata pengembangan pertanian dan kehutanan. Penerapan tata kelola ekosistem gambut melalui ilmu pengetahuan harus dilakukan sejak dini kepada anak-anak sehingga mereka dapat memahami perubahan iklim yang terjadi di dunia ini, sehingga mereka mampu melakukan tindakan perubahan (corrective action) yang berbasis keilmuan dan kajian yang ada.

“Arti kata ‘kurikulum’ adalah jalan untuk menuju satu tujuan, yaitu pengalaman-pengalaman yang berisi wawasan pembelajaran bagi anak-anak untuk mewujudkan karakeristik anak dan pendewasaan diri agar mereka memiliki dan mendapatkan jalan dan ruang bergerak seperti yang diinginkan mereka untuk dapat menjadi individu yang bermanfaat. Hal yg luar biasa kelak adalah harapan kami agar kurikulum gambut dan mangrove ini menjadi muatan materi ajar yang dapat terintegrasi ke seluruh mata pelajaran.” Dukungan ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Dr. Zulfikri, M.ED.

Semangat dan Langkah merdeka belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan serta menjadi upaya menavigasi masyarakat, dari desa maupun dari pemerintah untuk turut mengawal restorasi ekosistem gambut. Sebuah pesan semangat yang disampaikan oleh Bupati Kubu Raya, H. Muda Mahendrawan, S.H.

Beliau juga menambahkan, ajakan keterlibatan para pendidik ini digerakan secara bersama-sama dari berbagai kecamatan yang tergabung menjadi satu. Gerakan inilah yang akan meneruskan penjalanan edukasi gambut dan mangrove di Kubu Raya dengan semangat Kepong Bakul untuk bergerak serentak berinovasi. Multi etnis keberagaman pada masyarakat di Kabupaten Kubu Raya, dapat membuka pola pikir masyarakat dalam bersemangat terbuka untuk bersama dan memberikan kekuatan berbudaya yang berkembang untuk memperkuat inisiatif, gagasan dan ide yang terlahir dalam kurikulum yang teritegrasi ini. Permasalahan akan dirumuskan, antar guru, antar anak, agar dapat saling memberikan penguatan edukasi yang menjadi dasar pemahaman.

Keberhasilan penyusunan kurikulum muatan lokal gambut tidak lepas dari partisipasi aktif tenaga pengajar, pengelola sekolah, pengawas dan mitra pembangunan dalam prosesnya. Kemitraan aktif ini penting untuk terus dibangun dan dijaga dalam pengembangan muatan lokal gambut ke depannya nanti.

Penguatan kapasitas tenaga pengajar dalam memahami ekosistem gambut dan mengembangkan bahan ajar adalah kunci utama penerapan kurikulum muatan lokal gambut di tingkat Kabupaten dan kesuksesan pembelajaran serta pemahaman tentang ekosistem gambut kepada seluruh peserta didik di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Penghargaan terbesar berupa sertifikat dan cenderamata menjadi penanda keberhasilan dan ucapan Terima kasih yang teramat sangat kepada seluruh Tim Pengmbang Muatan Lokal Gambut dan Mangrove yang telah mencurahkan pemikiran dan dicurahkan.

Langkah mulia ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang paham dan sekaligus mengimplementasikan pengetahuan yang mereka terima dalam menjaga ekosistem gambut demi kesejahteraan dan keberlangsungan lingkungan di Kubu Raya, Kalimantan Barat, Indonesia.