Top
 

Melihat dari dekat, capaian implementasi model usahatani di lahan gambut Desa Baru

Menikmati uniknya rasa madu asli dari lebah trigona “Bunga Desa” yang dihasilkan oleh kelompok Tani Perempuan di Desa Baru, Kabupaten Banyuasin menjadikan pengalaman unik yang dirasakan Kilian Schubert, perwakilan International Finance (Federal Ministry for the environment, Nature Conservation, Nuclear Safety and Consumer Protection atau BMUV) saat mengunjungi salah satu desa pilot proyek Peat-IMPACTS Indonesia.

Hal ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh donor yang mendanai proyek Peat-IMPACTS Indonesia untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan, intervensi, keterlibatan pemerintah provinsi, kabupaten dan desa serta masyarakatnya dalam pelaksanaan kegiatan. Kunjungan ini juga untuk memahami secara langsung pelaksanaan kegiatan serta mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam konteks pelestarian dan tata kelola lahan gambut dengan mengambil pembelajaran dari salah satu lokasi pembelajaran pelaksanaan kegiatan proyek.

Kunjungan BMUV ke Desa Baru, di Kabupaten Banyuasin, yang merupakan salah satu dari enam desa percontohan yang menjadi bagian dari inisiatif proyek Peat-IMPACTS. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi perkembangan, pencapaian, dan mengevaluasi aktivitas yang tengah berlangsung.

Peat-IMPACTS telah mengujicoba dan menerapkan berbagai praktik pertanian ramah lingkungan dan ramah gambut dengan tujuan mewujudkan tata kelola gambut yang berkelanjutan. Langkah ini melibatkan penguatan kapasitas teknis dan kelembagaan serta koordinasi yang lebih baik antara sektor publik dan swasta. Pendekatan ini sangat penting untuk mengintegrasikan semua pihak ke dalam kerangka tata kelola lanskap yang lebih luas, sehingga mereka dapat berkontribusi efektif terhadap komitmen nasional dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mewujudkan pembangunan berbasis rendah karbon.

Selama proses kunjungan, terjalin diskusi yang konstruktif antara BMUV, kelompok tani Desa Baru, dan Pemerintah Kabupaten Banyuasin, serta berinteraksi secara langsung dengan petani binaan di Desa Baru, yang telah menjalani pelatihan dan pendampingan dalam menerapkan praktik mina wanatani (agrosilvo-fishery) yang memadukan sistem pertanian, kehutanan dan perikanan di lahan demoplot seluas 1,5 hektar.

Praktik yang dilakukan oleh Tim Kerja Desa (TKD) Baru mencakup budidaya padi ramah lingkungan, pembuatan pupuk organik padat dan cair, serta produksi madu lebah trigona yang kini telah mempunyai merk dagang “Bunga Desa” dan sertifikat halal serta ijin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).

Seperti yang disampaikan Subekti Rahayu, peneliti senior ICRAF Indonesia, “hal yang kami tekankan adalah peningkatan pendapatan para petani juga perbaikan terhadap lingkungan. Salah satunya adalah praktik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) yang diterapkan oleh para Tim Kerja Desa (TKD)  di seluruh desa pilot agar mereka memahami pentingnya kelestarian lingkungan dan vegetasi di sekitarnya”.

Para petani anggota TKD telah merasakan manfaat nyata dari pengetahuan yang mereka pelajari dan praktik yang mereka terapkan pada hasil produk yang mereka capai. Selain itu, proses pembentukan kelembagaan BUMDesa dan pemasaran produk-produk yang dihasilkan juga menjadi langkah penting yang menjadi pembelajaran dalam kegiatan dimasa yang akan datang.

Menariknya, semua peserta kunjungan juga mengamati kondisi di mana selama tiga bulan musim kemarau, lahan demoplot yang ditanami padi tetap hijau subur, sementara cadangan air di kanal atau kolam di sekitarnya diperkirakan masih cukup hingga musim hujan berikutnya. “Dukungan yang nyata dari Jerman terhadap proyek Peat-IMPACTS dan capaian yang telah terlihat merupakan hal yang sangat positif. Kami yakin bahwa model usahatani agrosilvo-fishery dengan penerapan metode pertanian berkelanjutan di lahan gambut memiliki potensi besar sebagai sumber pendapatan baru bagi masyarakat desa. Model ini bahkan dapat diterapkan di wilayah lahan gambut lainnya,” kata Kilian.

Kunjungan ini tidak hanya menjadi momen penting dalam perkembangan proyek, tetapi juga mencerminkan komitmen bersama pemerintah provinsi dan kabupaten untuk berkolaborasi mencari solusi berkelanjutan yang akan memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal.

Tiga anggota tim lainnya yang juga hadir dalam kunjungan yang berlangsung pada tanggal 10 Oktober 2023, yakni Gerd Fleischer, Commision Manager Climate and Biodiveristy Hub Indonesia, Maike Lorenz, dari Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, dan Lawin Bastian, Advisor Climate and Biodiversity project.

Oleh: Tikah Atikah

Optimis: Pertanian Ramah Gambut dapat Memperbaiki Penghidupan Masyarakat Desa

Di Indonesia, gambut memerlukan perhatian yang cukup besar dari berbagai pihak, mengingat wilayah Indonesia memiliki ekosistem yang unik ini yang sangat luas. Lembaga Insiatif Kerjasama Iklim Internasional (IKI) BMUV Jerman telah meluncurkan sejumlah proyek di Indonesia, salah satunya adalah proyek Peat-IMPACTS. Proyek ini bertujuan untuk mendukung perwujudan pengelolaan gambut berkelanjutan dengan memperkuat kapasitas teknis dan kelembagaan serta penyelarasan peran antara sektor publik dan swasta.

Kunjungan ke Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Diawali dengan kunjungan ke kantor Bappeda Provinsi Sumatera Selatan sekaligus berdialog dengan beberapa unsur pimpinan Bappeda,  OPD, dan lembaga terkait untuk memahami perspektif pemerintah tentang kolaborasi proyek, proses implementasi, dan dampak yang dirasakan, khususnya terkait kondisi musim kemarau panjang, dan menjelang musim berikutnya.

Dalam dialog tersebut, Regina Ariyanti, S.T, Kepala Bappeda Sumatera Selatan, bersama dengan perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan dan Koordinator Tim Restorasi Gambut Daerah Sumatera Selatan, menyambut baik kunjungan BMUV. Pertemuan ini menjadi kesempatan berharga untuk bertukar informasi serta mengidentifikasi isu-isu penting yang dihadapi, sekaligus menyampaikan dampak positif yang ingin dicapai bersama, khususnya dalam kegiatan proyek Peat-IMPACTS.

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan bersama ICRAF Indonesia melalui Peat-IMPACTS di tahun 2020-2023, khususnya untuk beberapa capaian di tingkat provinsi, kabupaten, lanskap maupun desa. Seluruhnya merupakan rangkaian yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Di tingkat provinsi, Peat IMPACTS telah mendorong Penyusunan Rencana Perlidungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG) Provinsi Sumatera Selatan,  menginisiasi peningkatan pengetahuan mengenai gambut dan DAS yang menyasar para pendidik dan siswa didik di tingkat Sekolah Dasar hingga lulusan universitas, pembentukan media informasi komunitas penulis, serta pembuatan media pembelajaran digital untuk capaian masyarakat yang lebih luas.

Serangkaian praktik dan kebijakan pengelolaan pelestarian lahan gambut di tingkat kabupaten dilakukan melalui penyusunan skenario, program, dan peta jalan yang melibatkan berbagai pihak  dan secara langsung mendampingi penyusunan RPPEG Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Selain itu, pendampingan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang bertujuan mengintegrasikan perlindungan ekosistem gambut dan aspek lingkungan lainnya juga menjadi fokus. Selanjutnya, upaya lain yang dilakukan adalah mengintegrasikan aspek perlindungan gambut, pertumbuhan hijau, dan perubahan iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten OKI. Proses pengarusutamaan aspek pengelolaan gambut berkelanjutan yang lain dilakukan melalui proses pendampingan KLHS RTRWK Kabupaten OKI.

Kegiatan ditingkat bentang lahan dan desa, telah dilakukan melalui pengambilan dan pengolahan data dalam penyusunan peta jalan gambut lestari sehingga dihasilkan dan terbangunnya kesepakatan untuk mendukung model usahatani di enam (6) desa pilot di Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI). Kegiatan di tingkat desa ini difokuskan pada peningkatan kapasitas Tim Kerja Desa (TKD) dalam mengimplementasikan model usahatani melalui berbagai pelatihan dan praktik-praktik pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan. Semua praktik baik ini diharapkan dapat terus disebarluaskan, diadopsi dan diimplementasikan di wilayah lainnya di Sumatera Selatan.

Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Selatan juga menggarisbawahi aspek penting lainnya, yaitu pendanaan inovatif; mengingat ketersediaan dana saat ini yang kurang mencukupi untuk mendukung jasa lingkungan. Selain itu, ia berharap agar ada lembaga koordinasi keuangan institusional untuk manajemen lahan gambut yang dapat mengelola berbagai aktivitas, termasuk kontribusi dari berbagai pihak. Tujuannya adalah untuk memastikan pengelolaan sumber pendanaan yang efisien dan mencegah tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan di wilayah yang sama.

Maike Lorenz, dari Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, yang juga ikut dalam kunjungan ini mengatakan “Perubahan iklim adalah isu global yang krusial, dan komitmen kami ada pada solusi berbasis alam dengan relevansi internasional. Program aksi iklim juga merupakan bagian penting dari inisiatif kami. Kami sangat antusias untuk berkolaborasi, berbagi pengetahuan dan juga belajar dari Indonesia dalam upaya bersama mengatasi tantangan perubahan iklim ini.”

“Kami akan mendokumentasikan berbagai bukti nyata yang menarik dan melihat kemungkinan alternatif sumber pendanaan lain. Meskipun proyek ini mendekati masa penyelesaiannya, komitmen kami terhadap pelestarian lahan gambut tetap berlanjut, dengan beberapa fokus di provinsi utama yang menjadi target kami. Tujuan jangka panjang kami tetap untuk mengatasi masalah kebakaran dan kabut asap, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan lahan gambut yang efektif dan berkelanjutan.” ucap Kilian Schubert dengan tersenyum lebar, saat menutup kunjungan perkenalan bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Dua anggota tim lainnya yang juga hadir dalam kunjungan yang berlangsung pada tanggal 10 Oktober 2023, yakni Gerd Fleischer, Commision Manager Climate and Biodiveristy Hub Indonesia, dan Lawin Bastian, Advisor Climate and Biodiversity project.

Oleh: Tikah Atikah

Rangkul para pihak wujudkan pengelolaan tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk gambut berkelanjutan

Kolaborasi dan harapan besar dalam menjaga serta mengelola ekosistem gambut di Kubu Raya telah menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung kehidupan dan keberlanjutan lingkungan. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah mengambil langkah nyata dalam hal ini melalui koordinasi pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Langkah ini terwujud dalam terbitnya Peraturan Daerah No. 4 tahun 2016 dan Peraturan Bupati No. 17 tahun 2017, yang mengatur tentang Organisasi dan Tata Kerja Forum TJSL Perusahaan. Selain itu, Keputusan Bupati Kabupaten Kubu Raya No. 528 tahun 2017 juga menjadi landasan untuk pembentukan Forum TJSL Perusahaan yang memiliki peran vital dalam menjaga ekosistem gambut. Semua ini mencerminkan komitmen serius untuk menjaga lingkungan dan memastikan keberlanjutan ekosistem gambut di Kubu Raya

Pada pelaksanaannya masih terdapat beberapa tantangan, untuk merespon itu ICRAF melalui Peat-IMPACTS bersama Pemda Kubu Raya dan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) telah melakukan berbagai rangkaian kegiatan diskusi terfokus dan lokakarya untuk merevitalisasi regulasi dan kelembagaan Forum TJSL Kubu Raya.

Proses ini telah menghasilkan dua peraturan bupati, yaitu Peraturan Bupati Nomor 19 tahun 2023 tentang Pelaksanaan TJSL Perusahaan dan Peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Forum TJSL Perusahaan.

Rabu, 11 Oktober 2023 diadakan Sosialisasi mengenai Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal dan Perizinan Berusaha berbasis risiko dan peraturan Bupati Kubu Raya tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan kepada seluruh pihak terkait, di Kubu Raya.

Kepala DPMPTSP Kab. Kubu Raya Maria Agustina menjelaskan, “Lokakarya ini juga untuk menyusun rencana aksi Forum TJSL Kabupaten Kubu Raya. Kemudian mengintegrasikan pelaksanaan TJSL dalam kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kubu Raya.”

“Kehadiran ICRAF, sama seperti komitmen awal untuk mendukung pemerintah daerah dalam mengelola dan melindungi gambutanya dengan melibatkan berbagai pihak. Pengelolaan gambut secara berkelanjutan, tidak mungkin hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan keterlibatan semua pihak, salah satu diantara stakeholder yang diharapkan berkontribusi adalah pengusaha,” ujar Ni Putu Sekar Trisnaning Laksmi, Peneliti ICRAF.

The 5th IKI Networking Workshop: Membangun kesuksesan bersama dalam mitigasi, adaptasi, dan konservasi alam

Pada tanggal 9 Oktober 2023, ICRAF Indonesia turut hadir dalam acara the 5th IKI Networking Workshop yang bertema “Interlinkages between climate, biodiversity, and energy” di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh beberapa Project Managers, perwakilan dari Pemerintah Indonesia dan Jerman, serta perwakilan dari berbagai organisasi yang melaksanakan proyek yang didanai oleh International Climate Initiative (IKI). Lebih dari 50 proyek yang mewakili berbagai topik terkait mitigasi, adaptasi, kehutanan, dan biodiversitas turut berpartisipasi dalam acara ini.

Tahun ini, International Climate Initiative (IKI), yang berdiri sejak tahun 2008, merayakan ulang tahunnya yang ke-15. Perayaan ini menjadi momentum untuk mengapresiasi kesuksesan yang telah dicapai, yang tak lepas dari kerja sama erat dan kolaborasi antara IKI, para mitra, dan para pelaksana proyek yang telah berkontribusi selama satu setengah dekade lebih.

Kilian Schubert, dari Federal Ministry for the environment, Nature Conservation, Nuclear Safety and Consumer Protection, menyampaikan apresiasi pencapaian yang luar biasa ini, yang mencakup hampir lebih dari 950 proyek yang telah berhasil diselesaikan dan juga untuk yang masih berjalan hingga saat ini.

Workshop kemudian dilanjutkan dengan diskusi bersama dalam format World Café yang mencakup berbagai topik, termasuk tantangan utama dalam implementasi proyek, keberlanjutan intervensi proyek dalam jangka panjang, serta berbagi pengetahuan dan jaringan.

ICRAF Indonesia juga turut serta dalam booth marketplace dengan menghadirkan beberapa publikasi dan produk-produk hasil kegiatan Proyek Peat-IMPACTS dalam budidaya usaha tani. Diantaranya madu lebah trigona dan beras ramah lingkungan yang ditanam dengan metode agrosilvo-fishery, serta pupuk organik padat dan cair.

Produk-produk ini menjadi contoh nyata dari upaya pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, peningkatan kapasitas pengetahuan Masyarakat desa, dan sekaligus berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat di Desa Baru, Kab Banyuasin, Sumatera Selatan. Booth marketplace ini juga diikuti oleh 14 proyek lainnya.

Oleh: Tikah Atikah

Agro-Silvo-Fishery dan Lebah Trigona: Demoplot inovatif untuk kesejahteraan masyarakat Desa Baru

Agroforestri merupakan strategi pemanfaatan dan penggunaan lahan berkelanjutan di wilayah tropis, menjaga ekosistem ramah lingkungan serta sebagai upaya mata pencaharian dan penghidupan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Namun, di tengah tantangan global beberapa hambatan masih ada, seperti deforestasi, lahan pertanian terdegradasi, dan konsumsi energi tak terbarukan.

Untuk itu, mengatasi agroforestri tropis secara global menjadi sangat penting, tidak hanya untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim, tetapi juga untuk membangkitkan solusi-solusi baru yang sesuai dengan berbagai tujuan dan SDGs.

Departemen Tanah dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menyelenggarakan konferensi internasional tentang “Agroforestri Tropika Indonesia” pada 29-31 Agustus 2023, di Malang, Jawa Timur. Untuk menelusuri multifungsionalitas lanskap, keamanan air, ketahanan terhadap aktivitas vulkanik, adaptasi perubahan iklim, dampak Covid-19, tuntutan pasar yang berkembang, ketahanan pangan, kesehatan manusia, dan transisi dari orientasi produk ke ekonomi berbasis layanan.

Dalam acara Konferensi Internasional ini, peneliti ICRAF Indonesia, Junaidi Hutasuhut, hadir dan memaparkan dua topik presentasi, yaitu “Ecotourism: Another Benefit of Agro-Silvo-Fishery and Trigona Apiculture in Peatland Ecosystem of Baru Vilage, Banyuasin, South Sumatra”, dan “Monitoring Behaviour Change of Farmers to Support Ecologically Friendly Agricultural Management Programme ini Peatland Ecosystems”.

Agro-silvo-fishery berupa penanaman padi yang dikelilingi kolam untuk memelihara ikan lokal dengan penanaman palawija, pinang dan pohon buah-buahan, merupakan demoplot yang dibangun pada luasan sekitar 2 ha di Desa Baru, Banyuasin, Sumatera Selatan sejak tahun 2022 melalui Peat-IMPACTS program. Sementara demoplot lebah Trigona dibangun dengan menempatkan 15 stup lengkap dengan berbagai jenis tanaman pakan lebah. Kelompok tani menjadi pelaku dalam demoplot tersebut dan hasilnya dikelola oleh BUMDes, antara lain madu kelulut dan beras. Pupuk organik hasil buatan kelompok tani dimanfaatkan untuk budidaya padi dan ikan serta dijual melalui BUMDes.

Dukungan dari pemerintah kabupaten dan desa menjadi penyemangat bagi masyarakat desa dalam melaksanakan kegiatan. Selain memberikan hasil berupa produk, keberadaan kolam dan ikan menjadi daya tarik bagi para pemancing, hingga menjadi suatu agenda ekowisata rutin yang memberikan manfaat secara ekonomi. Bahkan, budidaya lebah Trigona telah dikunjungi oleh desa-desa lain sebagai tempat belajar.

Pendampingan dan pelatihan telah diberikan untuk kelompok tani di Desa Baru, sehingga terjadi perubahan perilaku, yaitu menerapkan model bisnis yang saat ini dikembangkan. Pemantauan terhadap perubahan perilaku telah dilakukan dengan menilai berdasarkan tahapan Kesadaran, Keinginan, Pengetahuan, Kemampuan, dan Penguatan.

Selama 1,5 tahun kegiatan demoplot, telah ada tiga orang petani yang meniru berbudidaya lebah Trigona hingga mencapai 101 stup lebah, dan lima petani meningkat kompetensinya sebagai pembuat pupuk organik secara individu, bahkan telah menjadi nara sumber pembuatan pupuk organik di desa lain.

Wawasan yang dihadirkan dalam konferensi ini diharapkan akan berkontribusi secara signifikan dalam menyelesaikan masalah hutan dan lingkungan tropis. Dengan memanfaatkan pengetahuan dalam pengelolaan pertanian, untuk dapat memastikan pangan berkualitas tinggi, mengembalikan keberlanjutan ekosistem hutan, dan mengejar alternatif energi terbarukan.

Aspirasi dari acara ini adalah untuk memperkuat jaringan global dan kerjasama dalam pengelolaan agroforestri tropis, memicu solusi inovatif yang sejalan dengan tujuan abad ke-21.

Oleh: Tikah Atikah

—–

Keynote speaker slides dapat diunduh disini: https://s.ub.ac.id/ictaf23

Desa Nusakarta Menuju Keseimbangan Pangan dan Perkebunan

Siang menjelang sore di sebuah kafe ala kota, aroma kopi petik merah mengiringi semangat dan kehangatan diskusi sehangat kopi racikan barista Pesona Alam Desa Nusakarta, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.

Bersama perwakilan Desa, tim kerja Desa, BUMDesa, dan Kelompok perempuan, ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACTS membahas design dan implementasi model agroforestri untuk peremajaan kebun kelapa sawit yang sebelumnya adalah kelapa sawit monokultur.

Menurut Furqon, Sekretaris Desa Nusakarta, masyarakat di Desa Nusakarta saat ini mengandalkan pendapatan yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit monokultur dan pertanian. Meskipun padi adalah sebagai komoditas utama, namun menghadapi berbagai tantangan, seperti terbatasnya satu kali tanam per tahun, ketergantungan pada pupuk bersubsidi, dan ancaman serangan hama yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Umur tanaman kelapa sawit saat ini sudah sangat tua, yaitu sekitar 25 tahun dengan ketinggian diatas 10 meter, sehingga petani terkendala dalam proses pemanenan dan banyak yang sudah tidak produktif lagi.

Pendirian plot percontohan seluas 0,5 hektar menandai langkah signifikan dengan menerapkan model agroforestri peremajaan kelapa sawit yang diintegrasikan dengan pinang dan alpukat. Plot percontohan ini sekaligus menjadi kebun belajar praktik Pertanian baik, melalui tiga jenis kegiatan, yaitu Sistem Usaha Tani, Pemasaran & Kelembagaan serta Konservasi. Sehingga masyarakat di Desa Nusakarta akan mendapatkan manfaat positif dari pembelajaran sistem agroforestri dan mempromosikan dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman belajar yang berkelanjutan.

Penyerahan buku “Menuju Desa Gambut Lestari” sebagai model bisnis untuk Desa Nusakarta. Photos by Mushaful Iman/ICRAF Indonesia

Dr. Sonya Dewi, Direktur ICRAF Indonesia, mengungkapkan komitmen ICRAF dalam mendukung kegiatan program Peat-IMPACTS yang didanai oleh IKI. Melalui program ini, ICRAF akan terus memberikan dukungan dan pendampingan teknis kepada masyarakat, serta penguatan kapasitas masyarakan dan tata kelola lahan yang berkelanjutan.

ICRAF juga akan berperan sebagai jembatan kerja sama antara Desa dan pihak-pihak terkait. Kolaborasi dengan tim kerja Desa sangat penting agar apa yang telah dilakukan oleh ICRAF dan tim kerja desa dapat memberikan dampak positif, serat dijadikan contoh dan diterapkan oleh masyarakat Desa Nusakarta secara luas.

Diskusi partisipatif bersama perwakilan Desa, tim kerja Desa, BUMDesa, dan Kelompok perempuan di Desa Nusakarta.

Oleh: Tikah Atikah, Mushaful Iman dan Oktarinsyah Ade Pratama

KLHK Nobatkan Stand Terbaik 1 untuk Provinsi Sumatera Selatan dan ICRAF pada Indonesia Green Forestry Environment Expo 2023

Selaras dengan diadakan event pameran kehutanan terbesar di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali hadir menggelar 13th Indonesia Green Forestry and Environment Expo 2023 dengan tema “Sukseskan Indonesia’s Folu Net Sink 2030 melalui sinergitas Sektor Kehutanan dan Sektor Industri”. Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi (DLHP) Sumsel menggandeng ICRAF Indonesia untuk turut menyukseskan perhelatan pameran kehutanan terbesar di Indonesia.

Kesempatan istimewa ini merupakan langkah strategis untuk berbagi dan saling bertukar informasi dan pengetahuan mengenai berbagai kegiatan riset aksi yang dijalankan ICRAF melalui Program #PahlawanGambut (Peat-IMPACTS) dan #LahanUntukKehidupan (Land4Lives) di beberapa provinsi di Indonesia.

Lokus kegiatan riset aksi yang berada di Provinsi Sumatera Selatan merupakan upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani, perbaikan pengelolaan agroforestri, pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dan peningkatan penghidupan berwawasan lingkungan menuju pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan guna mendukung program Indonesia dalam Strategi Pembangunan Rendah Karbon Jangka Panjang dan Ketahanan Iklim, dengan salah satu komitmen penting adalah mencapai netralitas karbon pada tahun 2060 melalui nol emisi kumulatif dan penyerapan, di mana sektor kehutanan dan tata guna lahan memainkan peran penting.

Sertifikat penghargaan untuk Stand Terbaik I kategori pemerintah provinsi

Dengan menggelar berbagai macam produk pengetahuan dan informasi, stand Provinsi Sumatera Selatan dan ICRAF menerima lebih dari 250 pengunjung dari berbagai kalangan, mayoritas dari generasi muda (pelajar dan mahasiswa). Dengan sangat antusias selain untuk mengetahui berbagai informasi mengenai riset aksi ICRAF, mereka juga mengikuti berbagai games seputar sistem agroforestri dan budidaya pertanian ramah lingkungan, sumber penghidupan masyarakat yang tinggal di area gambut beserta ekosistemnya, juga isu gender dan peran perempuan dalam berketahanan iklim.

Tak kalah antusias, para pengunjung dari akademisi, pemerintah daerah, pelaku dunia usaha, berbagai komunitas dan masyarakat dari dalam maupun luar DIY berkunjung untuk mendapatkan beberapa publikasi versi cetak maupun digital.

Para pemenang games yang diadakan oleh ICRAF

Para peserta pameran lainnya juga menyuguhkan beragam produk lokal seperti kerajinan tangan, hasil hutan bukan kayu yang bersumber dari praktik pengelolaan hutan lestari, pangan lokal, dll. Hal ini memberikan gambaran atas keragaman kekayaan Nusantara yang patut diperkenalkan kepada generasi muda untuk menambah pengetahuan dan mengajak mereka berinovasi dan kreatif dalam menjaga ekosistem hutan, alam dan budaya.

Acara pendukung lainnya yaitu talkshow dengan berbagai topik terkait isu perubahan iklim, peran perempuan dan generasi muda dalam pelestarian lingkungan hidup, yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dalam upaya perlindungan keanekaragaman hayari dan ekosistem, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kemitraan kehutanan, perhutanan sosial, kemitraan konservasi, serta informasi peran sektor kehutanan dan lingkungan hidup dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

ICRAF beraksi disaat pengunjung berdatangan dari berbagai kalangan masyarakat

Para peserta pameran juga diajak untuk ikut dalam lomba mural dan poster, aneka gerai komunitas kopi, stand up komedi, dan pembagian bibit pohon.

Pameran yang diselenggarakan selama empat hari pada tanggal 2-5 Maret 2023 ini berlokasi di Jogja Expo Centera, Yogyakarta.

Oleh: Tikah Atikah dan Agrian Maulana

Aksi nyata pelestarian dan konservasi lingkungan Gambut Kubu Raya lewat TJSL

Dalam menghasilkan rekomendasi intervensi kebijakan dan pendanaan gambut lestari di Kabupaten Kubu Raya, diperlukan informasi mengenai status dan kemajuan kebijakan, kelembagaan dan program pendanaan konservasi bagi pengelolaan gambut lestari. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang terpadu dan terukur berpotensi sebagai inovasi dalam pengelolaan dan pendanaan gambut lestari. Untuk itu upaya analisis dan kajian terhadap efektivitas kebijakan menjadi penting untuk melihat performa kebijakan tanggungjawab sosial dan lingkungan yang sudah berjalan apakah sudah sesuai tujuan dan capaian kebijakan.

Berbagai diskusi bersama telah dilakukan antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) dan World Agroforestry (ICRAF), dan hari ini, 15 Desember 2022 digelar lokakarya bertajuk “Konsultasi publik revitalisasi kelembagaan forum tanggung jawab sosial dan lingkungan serta meningkatkan pemahaman untuk monitoring dan evaluasi di Kabupaten Kubu Raya”, dalam rangka mengkonsultasikan dan mendiskusikan beberapa poin penting penguatan regulasi TJSL, serta memfinalkan program strategis dan kerangka sistem database untuk monitoring dan evaluasi, serta tata kelola forum.

Menurut Wakil Ketua DPRD, Suharso, S.IP, MH, diskusi konsultasi public ini adalah upaya untuk memperkuat potensi besar yang perlu terus digali dalam forum TJSL terkait Perda yang dikawal dan evaluasi bersama. Monitoring dan evaluasi menuju perbaikan perlu dilakukan agar ada kesesuaian antara susunan peran dan tanggung jawab para anggota forum.

“Pemerintah daerah maupun pusat secara kelembagaan senantiasa memberikan dukungan moril dan kebijakan, namun tidak akan bisa bekerja sendiri tanpa adanya dukungan dan support dari seluruh pihak dari berbagai kelembagaan. Sehingga seluruh pihak, khususnya badan usaha yang menjalankan usahanya di Kubu Raya dapat turut berkontribusi dalam upaya-upaya positif yang efektif, terarah dan memberikan manfaat untuk seluruh masyarakat di Kubu Raya”, tambah Soeharso.

Berbagai aksi nyata untuk pelestarian lingkungan yang berkelanjutan perlu dilakukan guna mengatasi dampak perubahan iklim global yang juga berdampak pada perubahan krisis ekonomi masyarakat. Serta upaya Pemda Kubu Raya untuk mengumpulkan berbagai isu yang menjadi trend atau domain Kubu Raya. Potensi sumber daya alam yang ada di Kubu Raya adalah gambut yang menjadi dominasi dan atensi bersama untuk pembangunan ekonomi hijau dengan memperhatikan berbagai karakteristik yang ada, karena mempertahankan kondisi gambut lestari adalah tanggungjawab seluruh pihak. Hal ini diungkapkan oleh Asisten 2 bidang perekonomian dan pembangunan Kubu Raya, Tri Indriastuty, S.Hut., M.T. Beliaupun mengapresiasi kepada ICRAF Indonesia yang telah menjembatani, mengagendakan dan mengkoordinasikan antar badan usaha, NGO dan Pemerintah Daerah Kubu Raya dalam melaksanakan forum diskusi ini.

Evaluasi menuju perbaikan pada program TJSL ini akan menjadi action and agreement nyata di 2023. Kerja marathon ICRAF Indonesia bersama Pemda melalui Dinas Penanaman Modal Pelayanan dan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) yang melibatkan berbagai pihak terkait akan disosialisasikan pada saat musrembang awal tahun 2023 yang akan menjadi tahap pelaksanaan kegiatan nyata yang berkesinambungan dengan pembangunan ekonomi hijau berkelanjutan, tambah Tri.

Maria Agustina, SE, M.Si., Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan dan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kubu Raya menyampaikan beberapa proses revitalisasi kelembagaan dan tata kelola TJSL, dengan berbagai pemahaman dan langkah monitoring dan evaluasi yang akan berjalan secara berkala dan beriringan agar tepat sasaran dengan program strategis.

Program strategis TJSL yang didukung ICRAF ini akan dilaksanakan di enam desa terpilih dalam pengelolaan gambut lestari, yaitu Desa Bengkarek, Pasak dan Sungai Asam yang berada di KHG Sungai Kapuas-Ambawang, dan di Desa Kubu, Permata dan Sungai Radak Dua di KHG Sungai Kapuas-Terentang.

Forum yang dihadiri para pelaku usaha, Camat dan Kepala Desa dari enam desa terpilih ini juga mendiskusikan struktur organisasi Forum TJSL yang akan melibatkan akademisi dan NGO di Bidang sosial, ekonomi, infrastruktur dan lingkungan. Berbagai usulan terlahir terkait pelibatan unsur organisasi masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat.

Kegiatan program strategis TJSL di Kubu Raya ini juga memerlukan dukungan berbagai data yang harapannya nanti akan terjalin Kerjasama dengan Simpul Jaringan Informasi Geospasial Daerah (SJIGD) Kabupaten Kubu Raya sebagai platform pendataan dan pemantauan TJSL.

Koordinator Sekretariat Simpul Jaringan Informasi Geospasial Kubu Raya, Feri Setiyoko menyambut baik dan turut mendukung kegiatan TJSL. Sistem data berbasis geospasial dengan teknologi transformasi digital 4.0 menyediakan data yang akurat, mutakhir dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendukung berbagai kegiatan program yang terintegrasi antar sektor, seperti program kesehatan, bantuan sosial, kewirausahaan dan investasi.

Strategi dan contoh program pengembangan masyarakat

Dr. Sonny Sukada, Director of Partnerships and Development, menjelaskan mengenai proses M&E dalam program srategis TJSL yang berhubungan dengan kebutuhan akan pengembangan masyarakat terhadap berbagai isu-isu yang ada terkait pendidikan, budaya, kesehatan, lapangan kerja, akses terhadap teknologi dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Strategi pengembangan masyarakat perlu memiliki kejelasan, diantaranya komunitas yang akan disasar, cara dan metode pelaksanaan, termasuk tujuan, hasil, keluaran, dan dampak, dengan prinsip perubahan dan perbaikan yang dikehendaki. Melalui monitoring, akan menangkap situasi dan kondisi dalam kurun waktu yang berbeda, dan evaluasi akan memberikan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan dan keputusan manfaat atau perbaikan yang perlu dilakukan dlaam suatu kegiatan. Hal ini akan meningkatkan citra, kinerja dan keberlanjutan organisasi, serta meningkatkan kapasitas, kepercayaan diri dan kepuasan secara individu.

Berbagai bahan pembelajaran yang telah dilakukan ICRAF Indonesia dan contoh program kerja masyarakat dari program TJSL/CSR disampaikan oleh Dr. Beria Leimona, Senior Expert Landscape Governance and Investment. Diantaranya di DAS Besai, Lampung dalam program pemantauan kualitas air dan tingkat erosi yang dilaksanakan dengan bekerja sama beberapa pihak. Juga program peningkatan kualitas air tanah dan efisiensi pemakaian air, di DAS Rejoso Kita Pasuruan, di mana perusahaan secara langsung menginvestasikan dana dan kegiatan CSR untuk menyelamatkan sumber air.

Beliau juga mengatakan bahwa beberapa indikator restorasi melalui kegiatan konservasi berbasis performa dilakukan guna menunjang proses monitoring dan evaluasi. Juga kegiatan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan perilaku masyarakat. Dibutuhkan adanya inovasi berbasis ilmiah dan forum bersama untuk mencapai keuntungan yang bukan hanya untuk perusahaan saja, namun secara koleksif untuk masyarakat Kubu Raya yang mengarah kepada kelestarian ekosistem gambut.

Sebagai bagian dari kegiatan TJSL, program konservasi dan restorasi pun perlu dilakukan monitoring. Jejakin, sebuah start up terkait sistem manajemen karbon, menyampaikan beberapa studi kasus yang sudah dilakukan sebagai contoh pembelajaran. Haris Iskandar, Forest Carbon and Sustainability Director Jejak.in, berbicara mengenai keterlibatan perusahaan serta secara tidak langsung masyarakat secara luas dalam menyumbang tingkat karbon.

Platform yang digunakan bernama CarbonAtlas. Platform ini mampu mengukur luas plot lahan berapa dan kemampuan tanam pepohonan berapa, serta survey lapangan yang dilakukan dalam Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi (MRV) pencapaian kondisi kegiatan konservasi di lapangan.

Kegiatan konsultasi pelaksanaan program strategis TJSL ini akan berada di desa-desa terpilih pengelolaan gambut lestari, juga kerangka tata kelola forum, dan potensi pengembangan Simpul Jaringan Informasi Geospasial Daerah (SJIGD) Kabupaten Kubu Raya sebagai platform pendataan dan pemantauan TJSL lewat pembelajaran Jejak.in.

UNTUK GENERASI MASA DEPAN: Launching Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di Kabupaten Kubu Raya

Edukasi Gambut, Mengapa Penting? Ekosistem gambut di Kabupaten Kubu Raya adalah sumber daya alam yang berperan penting bagi penghidupan masyarakat. Sayangnya, ekosistem gambut seringkali tidak dikelola dengan baik karena minimnya pengetahuan tentang karakteristik dan praktik pengelolaan terbaik. Akibatnya, berbagai permasalahan seperti kebakaran, dan rusaknya habitat alami seringkali terjadi. Karenanya, pengetahuan tentang pengelolaan gambut perlu ditanamkan sejak dini melalui jalur edukasi formal sejak sekolah dasar. Akan tetapi, walaupun penelitian sudah banyak dilakukan, hasil-hasil yang ada masih perlu dikembangkan dan disesuaikan agar dapat menjadi konsumsi belajar anak-anak sekolah.

Diawali dengan persembahan tundang (pantun berdendang) Melayu dari siswa SMPN 3 Sungai Kakap, Kubu Raya, acara “Launching kurikulum muatan lokal gambut dan mangrove di Kabupaten Kubu Raya” yang diadakan pada tanggal 30 November 2022 di Gardenia Resort Kubu Raya ini, berisi pesan ajakan kepada generasi muda untuk mencintai dan mengelola lingkungan, khususnya gambut dan mangrove, serta sebagai #PahlawanGambut generasi muda siap untuk melanjutkan dan memahami ekosistem gambut dan mangrove.

Mengawali acara, Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Dr. Suwignya Utama, MBA menyampaikan apresiasi dan rasa bangga kepada Pemerintah Daerah yang telah menginisiasi dan menyambut baik seluruh proses penyusunan kurikulum Kubu Raya, serta menjadi yang yang pertama untuk menerapkan edukasi dan langkah nyata untuk bergerak dan belajar menerapkan kurikulum gambut dan mangrove yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran”.

Dr Sonya Dewi, Direktur ICRAF Indonesia pun menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi tak terhingga, kepada Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, yang melalui kepemimpinan Bupati Muda Mahendrawan, telah menunjukkan komitmen dan konsistensi yang begitu kuat terhadap kelestarian dan keberlanjutan ekosistem gambut di Kabupaten Kubu Raya.

“Tahun lalu, Indonesia baru saja sebuah komitmen baru terhadap diri sendiri dan masyarakat global yang disebut sebagai Strategi Jangka Panjang-Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim. Salah satu hal penting disana adalah komitmen Indonesia untuk mencapai kondisi netral-karbon di tahun 2060. Artinya pada saat itu jumlah kumulatif emisi dan sequestrasi Indonesia adalah nol. Di dalam dokumen tersebut, kata “gambut” disebutkan sebanyak 27 kali, jauh lebih banyak dari kata “keanekaragaman Hayati” bahkan kata “konservasi”. Artinya, ekosistem gambut memang diakui memegang peranan penting dalam pencapaian target penanganan perubahan iklim Indonesia.”, tambah Sonya.

“Manfaat keberadaan gambut dan mangrove ini harus dinikmati oleh seluruh masyarakat Kubu Raya, berangkat dari sanalah kita berusaha menyambut baik inisiasi dan gagasan guna mendukung pemahaman mengenai lingkungan gambut dan mangrove ini harus diawali dari dari para generasi muda sebagai penerus bangsa, melalui pembelajaran dan pemahaman edukasi dijenjang SD dan SMP”, Kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya, M. Ayub, S.Pd.

Ir. Huda Ahsani, MSi, Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut, mewakili Direktur Pengendalian Kerusakan Gambut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Ir. Sri Parwati Murwani Budisusanti MSc,. mengatakan bahwa penguatan sumber daya manusia merupakan kegiatan utama, sehingga pengembangan kurikulum mulok gambut dan mangrove ini penting untuk menyokong ketahanan pangan, konservasi keanekaragaman hayati dan tata pengembangan pertanian dan kehutanan. Penerapan tata kelola ekosistem gambut melalui ilmu pengetahuan harus dilakukan sejak dini kepada anak-anak sehingga mereka dapat memahami perubahan iklim yang terjadi di dunia ini, sehingga mereka mampu melakukan tindakan perubahan (corrective action) yang berbasis keilmuan dan kajian yang ada.

“Arti kata ‘kurikulum’ adalah jalan untuk menuju satu tujuan, yaitu pengalaman-pengalaman yang berisi wawasan pembelajaran bagi anak-anak untuk mewujudkan karakeristik anak dan pendewasaan diri agar mereka memiliki dan mendapatkan jalan dan ruang bergerak seperti yang diinginkan mereka untuk dapat menjadi individu yang bermanfaat. Hal yg luar biasa kelak adalah harapan kami agar kurikulum gambut dan mangrove ini menjadi muatan materi ajar yang dapat terintegrasi ke seluruh mata pelajaran.” Dukungan ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Dr. Zulfikri, M.ED.

Semangat dan Langkah merdeka belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan serta menjadi upaya menavigasi masyarakat, dari desa maupun dari pemerintah untuk turut mengawal restorasi ekosistem gambut. Sebuah pesan semangat yang disampaikan oleh Bupati Kubu Raya, H. Muda Mahendrawan, S.H.

Beliau juga menambahkan, ajakan keterlibatan para pendidik ini digerakan secara bersama-sama dari berbagai kecamatan yang tergabung menjadi satu. Gerakan inilah yang akan meneruskan penjalanan edukasi gambut dan mangrove di Kubu Raya dengan semangat Kepong Bakul untuk bergerak serentak berinovasi. Multi etnis keberagaman pada masyarakat di Kabupaten Kubu Raya, dapat membuka pola pikir masyarakat dalam bersemangat terbuka untuk bersama dan memberikan kekuatan berbudaya yang berkembang untuk memperkuat inisiatif, gagasan dan ide yang terlahir dalam kurikulum yang teritegrasi ini. Permasalahan akan dirumuskan, antar guru, antar anak, agar dapat saling memberikan penguatan edukasi yang menjadi dasar pemahaman.

Keberhasilan penyusunan kurikulum muatan lokal gambut tidak lepas dari partisipasi aktif tenaga pengajar, pengelola sekolah, pengawas dan mitra pembangunan dalam prosesnya. Kemitraan aktif ini penting untuk terus dibangun dan dijaga dalam pengembangan muatan lokal gambut ke depannya nanti.

Penguatan kapasitas tenaga pengajar dalam memahami ekosistem gambut dan mengembangkan bahan ajar adalah kunci utama penerapan kurikulum muatan lokal gambut di tingkat Kabupaten dan kesuksesan pembelajaran serta pemahaman tentang ekosistem gambut kepada seluruh peserta didik di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Penghargaan terbesar berupa sertifikat dan cenderamata menjadi penanda keberhasilan dan ucapan Terima kasih yang teramat sangat kepada seluruh Tim Pengmbang Muatan Lokal Gambut dan Mangrove yang telah mencurahkan pemikiran dan dicurahkan.

Langkah mulia ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang paham dan sekaligus mengimplementasikan pengetahuan yang mereka terima dalam menjaga ekosistem gambut demi kesejahteraan dan keberlangsungan lingkungan di Kubu Raya, Kalimantan Barat, Indonesia.

Tata Kelola yang Baik Buktikan Hasil Panen Lebih Banyak

Demplot Mina Padi di Desa Baru, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu demoplot yang dibangun oleh ICRAF Indonesia bersama Tim Kerja Desa (TKD) Desa Baru dalam Project Peat-IMPACTS. Demoplot pada lahan yang sudah lebih dari sepuluh tahun tidak diolah tersebut membuahkan hasil panen padi pada musim tanam pertama yang sangat menggembirakan.

Padi yang ditanam di lahan demplot dengan menerapkan pengolahan lahan tanpa bakar, pembajakan lahan, penggunaan pupuk seimbang antara organik dan kimia, melakukan penaburan kapur dolomit untuk mengurangi kadar keasaman tanah, penanaman dengan berjarak, menetapkan waktu tanam sesuai dengan tinggi muka air yang dipersyaratkan dan pemeliharaan tanaman bisa menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan praktik yang biasa diterapkan oleh petani di Desa Baru. Petani di Desa Baru umumnya melakukan penanaman padi dengan tanpa pengolahan lahan, sistem tebar langsung, dan tanpa adanya pemupukan serta perawatan.

Suhaidi berbangga hati dengan hasil panen yang didapat, buah kerja keras bersama anggota Tim Kerja Desa lainnya.

Sebelumnya lahan uji coba ini telah diresmikan oleh Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Banyuasain Ir. Kosarodin, MM sekaligus Ketua Tim Kerja Bersama Kabupaten Banyuasin, Bupati Banyuasin H. Askolani Jasi, bersama Direktur ICRAF Indonesia Dr Sonya Dewi pada April 2022, dengan menerapkan sistem usaha Pertanian Ramah Lingkungan yang diterapkan oleh ICRAF bersama Tim Kerja Bersama Kabupaten Banyuasin.

Peneliti ICRAF Indonesia, Dr Subekti Rahayu mengatakan “Dari percobaan yang dilakukan di lahan demplot dengan menerapkan metode sampling 1 m x 1 m diperoleh hasil enam (6) ton gabah kering giling untuk varietas padi Arumba 2 melalui penerapan jajar legowo dan tujuh (7) ton untuk varietas Inpari 32 melalui penerapan sistem ubinan. Sementara, untuk varietas Impara 8 diperoleh hasil lima (5) ton per hektar untuk penanaman jajar legowo maupun ubinan.”

Pernyataan ini membuat warga yang mengikuti kegiatan “Pelatihan Penanganan Paska Panen dan Penguatan Kelompok Petani” di Desa Baru pada tanggal 10 Oktober 2022, tersenyum bahagia dan akan terus menambah semangat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan selanjutnya.

Jajar legowo adalah salah satu pola penanaman padi dengan cara mengatur jarak tanam sedemikian rupa supaya tercipta ruang yang luas bagi rumpun padi untuk mendapat paparan sinar matahari sehingga tumbuh lebih baik. Dengan adanya jarak yang cukup antar rumpun padi, pemupukan dan penyiangan dapat dilakukan dengan lebih leluasa.

Suhaidi, Ketua Kelompok Tim Kerja Bersama Desa Baru, juga menyatakan rasa syukurnya atas keberhasilan panen dan berharap ke depannya nanti akan semakin baik. Sementara anggota kelompok kelulut yang ikut panen, Hermawan mengatakan “Dengan panen ini diharapkan warga desa dapat terus mengadopsi teknologi dan pembaruan penerapan apa saja yang dilakukan di lahan uji coba ini”.

Pelatihan sehari mengenai penanganan paska panen padi di kantor Desa Baru ini menghadirkan Bapak Didik Supriyanto dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banyuasin sebagai nara sumber. Materi pelatihan paenanganan pasca panen mencakup cara pengeringan yang baik, menguji kadar air beras dan pengemasan beras sesuai standar untuk dipasarkan.

Selain pelatihan penanganan paska panen padi, narasumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Banyuasin, Ibu Sawalina juga memberikan materi pelatihan mengenai “Pengolahan ikan dan pemasaran produk turunan dari ikan”. Hal ini dilakukan karena salah satu hasil dari mina padi yang merupakan model usaha tani di Desa Baru adalah ikan.

Materi pelatihan ini membuat peserta pelatihan terbuka dengan berbagai inovasi untuk membuat produk turunan dan bersemangat melihat beberapa contoh kemasan produk turunan yang cukup menarik layaknya produk yang dijual di supermarket. Mereka semakin takjub setelah mencicipi produk turunan tersebut, mulai dari kerupuk tulang lele, sambel lengong lele, abon lele, kerupuk kulit lele, hingga bolu dari ikan.

Pembelajaran dan hasil yang diraih dari program demplot budidaya mina padi ini harapannya akan terus diadopsi oleh masyarakat Desa Baru, dan dapat meluas di kalangan masyarakat desa, sehingga jumlah petani yang turut menerapkan budidaya mina padi di luar demplot ini akan terus bertambah. Hal ini juga untuk mendorong masyarakat desa dalam memulihkan fungsi lingkungan dan menciptakan opsi penghidupan bernilai ekonomi di sekitar lahan gambut.

Oleh: Tikah Atikah dan Mushaful Imam