Top
 

Tata Kelola yang Baik Buktikan Hasil Panen Lebih Banyak

Demplot Mina Padi di Desa Baru, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu demoplot yang dibangun oleh ICRAF Indonesia bersama Tim Kerja Desa (TKD) Desa Baru dalam Project Peat-IMPACTS. Demoplot pada lahan yang sudah lebih dari sepuluh tahun tidak diolah tersebut membuahkan hasil panen padi pada musim tanam pertama yang sangat menggembirakan.

Padi yang ditanam di lahan demplot dengan menerapkan pengolahan lahan tanpa bakar, pembajakan lahan, penggunaan pupuk seimbang antara organik dan kimia, melakukan penaburan kapur dolomit untuk mengurangi kadar keasaman tanah, penanaman dengan berjarak, menetapkan waktu tanam sesuai dengan tinggi muka air yang dipersyaratkan dan pemeliharaan tanaman bisa menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan praktik yang biasa diterapkan oleh petani di Desa Baru. Petani di Desa Baru umumnya melakukan penanaman padi dengan tanpa pengolahan lahan, sistem tebar langsung, dan tanpa adanya pemupukan serta perawatan.

Suhaidi berbangga hati dengan hasil panen yang didapat, buah kerja keras bersama anggota Tim Kerja Desa lainnya.

Sebelumnya lahan uji coba ini telah diresmikan oleh Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Banyuasain Ir. Kosarodin, MM sekaligus Ketua Tim Kerja Bersama Kabupaten Banyuasin, Bupati Banyuasin H. Askolani Jasi, bersama Direktur ICRAF Indonesia Dr Sonya Dewi pada April 2022, dengan menerapkan sistem usaha Pertanian Ramah Lingkungan yang diterapkan oleh ICRAF bersama Tim Kerja Bersama Kabupaten Banyuasin.

Peneliti ICRAF Indonesia, Dr Subekti Rahayu mengatakan “Dari percobaan yang dilakukan di lahan demplot dengan menerapkan metode sampling 1 m x 1 m diperoleh hasil enam (6) ton gabah kering giling untuk varietas padi Arumba 2 melalui penerapan jajar legowo dan tujuh (7) ton untuk varietas Inpari 32 melalui penerapan sistem ubinan. Sementara, untuk varietas Impara 8 diperoleh hasil lima (5) ton per hektar untuk penanaman jajar legowo maupun ubinan.”

Pernyataan ini membuat warga yang mengikuti kegiatan “Pelatihan Penanganan Paska Panen dan Penguatan Kelompok Petani” di Desa Baru pada tanggal 10 Oktober 2022, tersenyum bahagia dan akan terus menambah semangat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan selanjutnya.

Jajar legowo adalah salah satu pola penanaman padi dengan cara mengatur jarak tanam sedemikian rupa supaya tercipta ruang yang luas bagi rumpun padi untuk mendapat paparan sinar matahari sehingga tumbuh lebih baik. Dengan adanya jarak yang cukup antar rumpun padi, pemupukan dan penyiangan dapat dilakukan dengan lebih leluasa.

Suhaidi, Ketua Kelompok Tim Kerja Bersama Desa Baru, juga menyatakan rasa syukurnya atas keberhasilan panen dan berharap ke depannya nanti akan semakin baik. Sementara anggota kelompok kelulut yang ikut panen, Hermawan mengatakan “Dengan panen ini diharapkan warga desa dapat terus mengadopsi teknologi dan pembaruan penerapan apa saja yang dilakukan di lahan uji coba ini”.

Pelatihan sehari mengenai penanganan paska panen padi di kantor Desa Baru ini menghadirkan Bapak Didik Supriyanto dari Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banyuasin sebagai nara sumber. Materi pelatihan paenanganan pasca panen mencakup cara pengeringan yang baik, menguji kadar air beras dan pengemasan beras sesuai standar untuk dipasarkan.

Selain pelatihan penanganan paska panen padi, narasumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Banyuasin, Ibu Sawalina juga memberikan materi pelatihan mengenai “Pengolahan ikan dan pemasaran produk turunan dari ikan”. Hal ini dilakukan karena salah satu hasil dari mina padi yang merupakan model usaha tani di Desa Baru adalah ikan.

Materi pelatihan ini membuat peserta pelatihan terbuka dengan berbagai inovasi untuk membuat produk turunan dan bersemangat melihat beberapa contoh kemasan produk turunan yang cukup menarik layaknya produk yang dijual di supermarket. Mereka semakin takjub setelah mencicipi produk turunan tersebut, mulai dari kerupuk tulang lele, sambel lengong lele, abon lele, kerupuk kulit lele, hingga bolu dari ikan.

Pembelajaran dan hasil yang diraih dari program demplot budidaya mina padi ini harapannya akan terus diadopsi oleh masyarakat Desa Baru, dan dapat meluas di kalangan masyarakat desa, sehingga jumlah petani yang turut menerapkan budidaya mina padi di luar demplot ini akan terus bertambah. Hal ini juga untuk mendorong masyarakat desa dalam memulihkan fungsi lingkungan dan menciptakan opsi penghidupan bernilai ekonomi di sekitar lahan gambut.

Oleh: Tikah Atikah dan Mushaful Imam

Warga Rengas Abang Inginkan Inovasi Pupuk Kompos Layaknya Pupuk Kimia

Pernyataan keinginan untuk berinovasi agar masyarakat dapat membudidayakan dan menjadikan pupuk kompos layaknya pupuk kimia meluncur dari Nursaid, Perwakilan dari BUMDes Desa Rengas Abang, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, saat berdiskusi tentang rencana pengembangan model usaha pembuatan pupuk organik dari tandan kosong (tangkos) dan pelepah sawit.

Tandan kosong (Tankos) yang merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit pada proses pengelolaan tandah buah sawit menjadi minyak kelapa sawit, cukup banyak dijumpai di Desa Rengas Abang. Hal ini Nursaid sampaikan di Balai Desa saat mengikuti kegiatan ICRAF Indonesia yang berkolaborasi bersama perusahaan sawit, melalui Program Peat-IMPACTS Indonesia.

Diskusi yang dikomandoi oleh Dr Sonya Dewi, Direktur ICRAF Program Indonesia ini menjadi tahapan awal sebelum pelaksanaan dan pendampingan kegiatan agar apa yang dilakukan bersama warga desa benar-benar bermanfaat yang nantinya dapat meningkatkan penghidupan masyarakat desa.

“Bagi saya, Desa Rengas Abang ini merupakan desa yang dapat dikembangkan baik dari kapasitas masyarakat maupun produksi dari pupuk organiknya. Suatu langkah yang baik bagi kesejahteraan masyarakat, terutama untuk pengembangan kapasitas teknik, kapasitas kelembagaan serta kapasitas pembiayaan dalam memproduksi pupuk organik.  Seperti diketahui manfaat dari produksi pupuk organik ini dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat desa Rengas Abang, mempertahankan produktifitas kelapa sawit, sekaligus dapat melibatkan peran perempuan dalam memanfaatkan kebun pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga melalui kebun dapur”, kata Sonya.

Sebelumnya Desa Rengas Abang berencana akan melakukan kegiatan usaha tandan buah sawit, namun setelah mengikuti tahapan pelatihan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan penguatan kapasitas, tim kerja desa memilih kegiatan model usaha pembuatan pupuk kompos dari tangkos dan pelepah sawit.

Perubahan ini terjadi setelah warga desa dan peneliti ICRAF berembuk kembali untuk memilih model usaha pembuatan pupuk kompos, dengan pertimbangan pupuk kompos akan memiliki prospek bisnis yang menjanjikan karena harga pupuk kimia cukup mahal dan sulit didapatkan.

“Jumlah plasma kebun sawit ada sekitar 1.700 hektar yang selalu membutuhkan pupuk. Kami sudah bertemu dengan pihak koperasi plasma, mereka setuju asalkan standar kualitas terjaga dengan baik. Selain itu dari sisi bahan baku, mudah diperoleh dari perusahaan sawit yang berada di desa kami,” begitu kata Nursaid mewakili suara dan pendapat dari warganya, pada diskusi tanggal 11 Oktober 2022 ini.

Kini yang dibutuhkan warga desa adalah teknis pembuatan pupuk kompos yang memiliki spesifikasi yang tepat, yaitu pupuk organik yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit. Seperti halnya pupuk kimia, yaitu urea, KCL, dan TSP yang memiliki fungsi dan peruntukannya masing-masing, pupuk organik yang nanti akan diproduksi akan memiliki spesifikasi dan kegunaan seperti pupuk kimia.

Menanggapi keinginan warga desa, ICRAF dalam programnya akan memfasilitasi pembentukan kerjasama antara Bumdes dan Perusahaan kelapa sawit yang berada diareal Desa, melaksanakan pelatihan pupuk kompos secara manual dan penggunaan teknologi terkait prosesnya, uji laboratorium untuk melihat kandungan yang ada, apakah sudah lengkap dan sesuai untuk diaplikasikan pada tanaman sawit, peningkatan kapasitas pengelolaan lembaga seperti pencatatan keuangan, administrasi, marketing skill dan managerial untuk Bumdes nya sendiri.

“Ke depannya juga akan dilakukan pengembangan pemanfaatan pekarangan rumah warga desa dengan ditanami tanaman obat-obatan keluarga, sayur, dan buah buahan. Agar mansyarakat dapat memiliki kemandirian dan ketahanan pangan,” Kata Sonya Dewi yang lalu diaminkan oleh Bustanul Arif, Sekretaris Desa Rengas Abang.

Bustanul menambahkan bahwa yang dihadapi warga saat ini adalah struktur tanah yang tidak subur, kandungan humusnya yang sangat minim. Maka dengan adanya produksi pupuk kompos warga diharapkan akan dapat memupuk tanah pekarangan mereka, sehingga dapat ditanami sayur mayur dan tanaman kebutuhan rumah tangga lainya yang tentunya bermanfaat untuk pemenuhan pangan keluarga.

Oleh: Mushaful Imam dan Tikah Atikah