Top
 

Warga Rengas Abang Inginkan Inovasi Pupuk Kompos Layaknya Pupuk Kimia

Pernyataan keinginan untuk berinovasi agar masyarakat dapat membudidayakan dan menjadikan pupuk kompos layaknya pupuk kimia meluncur dari Nursaid, Perwakilan dari BUMDes Desa Rengas Abang, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, saat berdiskusi tentang rencana pengembangan model usaha pembuatan pupuk organik dari tandan kosong (tangkos) dan pelepah sawit.

Tandan kosong (Tankos) yang merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit pada proses pengelolaan tandah buah sawit menjadi minyak kelapa sawit, cukup banyak dijumpai di Desa Rengas Abang. Hal ini Nursaid sampaikan di Balai Desa saat mengikuti kegiatan ICRAF Indonesia yang berkolaborasi bersama perusahaan sawit, melalui Program Peat-IMPACTS Indonesia.

Diskusi yang dikomandoi oleh Dr Sonya Dewi, Direktur ICRAF Program Indonesia ini menjadi tahapan awal sebelum pelaksanaan dan pendampingan kegiatan agar apa yang dilakukan bersama warga desa benar-benar bermanfaat yang nantinya dapat meningkatkan penghidupan masyarakat desa.

“Bagi saya, Desa Rengas Abang ini merupakan desa yang dapat dikembangkan baik dari kapasitas masyarakat maupun produksi dari pupuk organiknya. Suatu langkah yang baik bagi kesejahteraan masyarakat, terutama untuk pengembangan kapasitas teknik, kapasitas kelembagaan serta kapasitas pembiayaan dalam memproduksi pupuk organik.  Seperti diketahui manfaat dari produksi pupuk organik ini dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat desa Rengas Abang, mempertahankan produktifitas kelapa sawit, sekaligus dapat melibatkan peran perempuan dalam memanfaatkan kebun pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga melalui kebun dapur”, kata Sonya.

Sebelumnya Desa Rengas Abang berencana akan melakukan kegiatan usaha tandan buah sawit, namun setelah mengikuti tahapan pelatihan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan penguatan kapasitas, tim kerja desa memilih kegiatan model usaha pembuatan pupuk kompos dari tangkos dan pelepah sawit.

Perubahan ini terjadi setelah warga desa dan peneliti ICRAF berembuk kembali untuk memilih model usaha pembuatan pupuk kompos, dengan pertimbangan pupuk kompos akan memiliki prospek bisnis yang menjanjikan karena harga pupuk kimia cukup mahal dan sulit didapatkan.

“Jumlah plasma kebun sawit ada sekitar 1.700 hektar yang selalu membutuhkan pupuk. Kami sudah bertemu dengan pihak koperasi plasma, mereka setuju asalkan standar kualitas terjaga dengan baik. Selain itu dari sisi bahan baku, mudah diperoleh dari perusahaan sawit yang berada di desa kami,” begitu kata Nursaid mewakili suara dan pendapat dari warganya, pada diskusi tanggal 11 Oktober 2022 ini.

Kini yang dibutuhkan warga desa adalah teknis pembuatan pupuk kompos yang memiliki spesifikasi yang tepat, yaitu pupuk organik yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit. Seperti halnya pupuk kimia, yaitu urea, KCL, dan TSP yang memiliki fungsi dan peruntukannya masing-masing, pupuk organik yang nanti akan diproduksi akan memiliki spesifikasi dan kegunaan seperti pupuk kimia.

Menanggapi keinginan warga desa, ICRAF dalam programnya akan memfasilitasi pembentukan kerjasama antara Bumdes dan Perusahaan kelapa sawit yang berada diareal Desa, melaksanakan pelatihan pupuk kompos secara manual dan penggunaan teknologi terkait prosesnya, uji laboratorium untuk melihat kandungan yang ada, apakah sudah lengkap dan sesuai untuk diaplikasikan pada tanaman sawit, peningkatan kapasitas pengelolaan lembaga seperti pencatatan keuangan, administrasi, marketing skill dan managerial untuk Bumdes nya sendiri.

“Ke depannya juga akan dilakukan pengembangan pemanfaatan pekarangan rumah warga desa dengan ditanami tanaman obat-obatan keluarga, sayur, dan buah buahan. Agar mansyarakat dapat memiliki kemandirian dan ketahanan pangan,” Kata Sonya Dewi yang lalu diaminkan oleh Bustanul Arif, Sekretaris Desa Rengas Abang.

Bustanul menambahkan bahwa yang dihadapi warga saat ini adalah struktur tanah yang tidak subur, kandungan humusnya yang sangat minim. Maka dengan adanya produksi pupuk kompos warga diharapkan akan dapat memupuk tanah pekarangan mereka, sehingga dapat ditanami sayur mayur dan tanaman kebutuhan rumah tangga lainya yang tentunya bermanfaat untuk pemenuhan pangan keluarga.

Oleh: Mushaful Imam dan Tikah Atikah