Top
 

Mengajak generasi muda #PahlawanGambut membedah film dokumenter “Paradise of Peatland”

“Paradise of Peatland” merupakan film dokumenter garapan Keep Earth Borneo (Tysa Prastyaningtias-penulis naskah, Ilham Pratama-Sutradara) yang menyoroti lahan gambut di Desa Permata, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Film ini menyampaikan tentang kehidupan peradaban masyarakat Desa Permata dalam kesehariannya berkegiatan dalam pertanian gambut, serta sejauh mana dan dampak apa yang dihasilkan. Serta gambaran satu kesatuan variabel yang menceritakan sistem perairan gambut dan lahan gambut itu sendiri.

Desa Permata termasuk ke dalam Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) Sungai Terentang yang memiliki kawasan kubah gambut sebagai fungsi lindung karena dapat menyimpan kandungan karbon dan air yang sangat tinggi.

Sebagian besar masyarakat Desa Permata adalah petani yang memanfaatkan lahan gambut untuk pertanian dan agroforestri. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah jahe dan cabai. Selain itu mereka juga menanam berbagai pepohonan diantaranya jengkol, petai, karet dan durian, yang dimanfaatkan sebagai tanaman agroforestri.

Petani di Desa Permata telah mengaplikasikan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) sejak tahun 2018, guna menjaga lahan dan sistem air gambut. Menurut Kepala Desa Permata, sejak diterapkannya sistem PLTB oleh petani Desa Permata, sudah jarang terjadi kebakaran lahan.

Informasi dan pengalaman ini dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir dalam acara Diskusi Film ini. Dengan menghadirkan para pembicara, diantaranya Prof. Dr. Dwi Astiani M.Sc, Ahli Gambut, Universitas Tanjungpura yang membawakan topik mengenai “Pemahaman Gambut untuk Pemuda”, Muhammad Hatami, WIKI Gambut Kalimantan Barat dengan topik “Penjaga Pengetahuan Gambut”, Sriyono dan Sahrul, Petani Desa Permata, yang menceritakan pengalaman mereka dalam Pertanian di lahan gambut, dan Ilham Pratama, Sutradara, Keep Earth Borneo, yang berbagi cerita tentang proses pembuatan film dokumenter ini.

Saat menyampaikan pengalamannya, Sahrul yang sudah menjadi warga Desa Permata sejak tahun 2017 merasakan tantangan yang luar biasa dalam mengelola lahan gambut dibandingkan lahan mineral di wilayah Jawa. Selama bertani, Sahrul memanfaatkan kotoran ternak dan sampah dedaunan untuk pembuatan pupuk organik padat dan cair. Hal ini ia lakukan sejak 2019 untuk Pertanian tumpangsari berupa cabai dan jahe yang merupakan tanaman unggulan di Desa Permata. Praktik tumpang sari ini merupakan upaya bagi pak sahrul dalam memaksimalkan pengelolaan pertanian di lahan gambut.

Sama halnya dengan Sahrul, Sriyono yang merupakan Ketua Gabungan Kelompok Tani Mekar Sari yang juga seorang petani Desa Permata menggantungkan hidupnya di lahan gambut. Dia mengolah lahan gambut dengan sistem PLTB. Hal ini dirasa berguna agar tanah dapat menyimpan air, dan tidak akan menjadi kering bila musim kemarau tiba. Selain itu Sriyono pun memanfaatkan pupuk organik dalam mengelola lahan gambut miliknya.

Diskusi bersama para pemuda dan pemudi generasi muda Kota Pontianak ini sangat bermanfaat. Mereka sangat antusias mendengarkan dan juga bertanya langsung mengenai berbagai hal terkait lahan gambut dan pengelolaannya sebagai upaya penerapan Pertanian Ramah Lingkungan.

Melestarikan gambut bukan hanya tugas siapa yang berpijak diatasnya, namun juga tanggung jawab aku, kamu, dan kita semua. Melestarikan gambut, menjaga kehidupan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kondisi gambut di Desa Permata, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, sekaligus sebagai ruang diskusi dan penyadartahuan tentang gambut kepada komunitas pegiat lingkungan yang ada di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.

Didukung oleh World Agroforestry (ICRAF), melalui Program Peat-IMPACTS Indonesia, dengan bekerja bersama Keep Earth Borneo/@keepearth.brn dalam proses memproduksi serta menyelenggarakan acara Diskusi Film pada tanggal 07 September, di Rooftop Harris Hotel, Pontianak.

#PahlawanGambut
#ParadiseofPeatland

Oleh: Winda Eka Putri, KEB