Menikmati Manisnya Madu Kelulut, Sembari Menjaga Ekosistem Gambut
Oleh: Junaidi Hutasuhut, Iskak Nungki Ismawan, Ade Oktariansyah Pratama, dan Romadhona Hartiyadi
Lahan gambut sering kali tinggal di sekitarnya. Desa Baru di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan adalah salah satu contohnya. Desa ini terletak di lahan rawa lebak yang merupakan bagian dari Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Sugihan – Sungai Saleh. Di desa ini, petani hanya bisa menanam padi sekali setahun, yaitu menjelang musim kemarau, ketika genangan air rawa mulai surut. Selain itu,tanah masam (pH rendah) juga membatasi jenis tanaman yang dapat dibudidayakan.
Namun, di balik keterbatasannya, lahan gambut menyimpan potensi yang belum jamak dimanfaatkan. Ekosistem gambut mengandung keanekaragaman flora dan fauna yang bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat. Bahkan, jika dikelola secara berkelanjutan, kekayaan alam ini dapat menjadi mata pencaharian utama. Salah satu contoh yang menjanjikan adalah lebah kelulut jenis trigona (Trigona sp). Lebah kecil ini tidak hanya menghasilkan madu berkualitas tinggi yang bernilai ekonomis, tetapi juga berperan penting sebagai penyerbuk alami bagi beragam flora di ekosistem gambut.
Potensi budidaya lebah trigona di Desa Baru
Meski pun lebah trigona banyak dijumpai di Desa Baru, potensi ekonomisnya belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagian warga setempat hanya mengambil koloni lebah trigona dari hutan dan kebun karet untuk dijual. Praktik tersebut memberikan keuntungan sesaat, namun dalam jangka panjang dapat mengancam kelangsungan populasi lebah. Keterbatasan pengetahuan tentang teknik budidaya menjadi salah satu penyebab belum berkembangnya praktik budidaya lebah trigona di Desa Baru.
Lebah trigona memiliki peran penting dalam praktik budidaya tanaman pertanian dan perkebunan. Mereka berperan sebagai penyerbuk bunga (pollinator) yang efektif, sehingga memungkinkan proses pembentukan buah lebih optimal dan hasil panen yang didapatkan lebih maksimal. Hilangnya koloni-koloni lebah trigona akan berdampak pada penurunan produksi buah- buahan yang penyerbukannya bergantung pada agen penyerbuk seperti lebah.
Budidaya lebah trigona berpotensi memberikan manfaat ekonomi bagi para peternaknya. Lebah trigona menghasilkan madu, bee bread (roti lebah), dan propolis yang bernilai ekonomi, sembari membantu penyerbukan tanaman di sekitar area budidaya. Melalui budidaya trigona, tercipta simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan antara lebah dengan tanaman sumber pakannya. Dengan demikian, petani mendapatkan manfaat ganda, yaitu hasil budidaya lebah trigona berupa madu serta peningkatan produksi buah-buahan berkat bantuan penyerbukan.
Selain manfaat ekonomi langsung, budidaya lebah trigona juga memberikan dampak positif bagi lingkungan, khususnya pada lahan gambut. Penanaman tanaman sumber pakan lebah berkontribusi dalam perbaikan kesuburan tanah, menjaga fungsi hidrologis, penyimpanan karbon, sserta pengaturan iklim lokal. Melirik beragam potensi tersebut, budidaya lebah trigona ini menawarkan peluang menarik sebagai sumber mata pencaharian alternatif yang berwawasan lingkungan. Pengembangan praktik ini di lahan gambut, seperti Desa Baru, dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan.
Demo plot di Desa Baru: jendela pembuka angin segar budidaya lebah trigona
ICRAF, melalui program Peat- IMPACTS, telah mengembangkan model usaha tani budidaya lebah kelulut jenis trigona di Desa Baru. Kerja sama ini melibatkan Forum DAS Sumatera Selatan, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Palembang-Banyuasin, dan Kelompok Tani Hutan (KTH) Bunga Desa.
Sejak tahun 2020, serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk mendukung model usaha tani tersebut. Dimulai sosialisasi kepada petani mengenai budidaya lebah trigona, kegiatan berlanjut dengan cara menyiapkan sumber pakan, merawat koloni lebah, hingga memproses hasil panen. Tidak kurang dari 200 tanaman telah ditanam sebagai sumber pakan tambahan untuk lebah trigona, seperti bunga asoka, air mata pengantin, pukul delapan, sepatu, markisa, mangga, nangka, durian dan alpukat.
Sebagai persiapan untuk produksi di masa depan, identifikasi potensi pemasaran juga telah dilakukan. Pelatihan mencakup aspek pengemasan dan persiapan perizinan, termasuk sertifikat halal MUI dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Hingga saat ini, 20 stup yang berisi koloni lebah trigona telah ditempatkan pada demo plot. KTH Bunga Desa, yang beranggotakan 13 petani (4 laki-laki dan 9 perempuan), secara aktif terlibat dalam perawatan koloni lebah dan tanaman pakan. Pembagian peran dilakukan di dalam kelompok. Petani laki-laki fokus dalam perawatan stup, persiapan koloni dan penanaman tanaman pakan, sedangkan petani perempuan bertanggung jawab atas proses pemanenan, perawatan tanaman pakan, dan penanganan pasca panen.
Hingga saat ini, 20 stup yang berisi koloni lebah trigona telah ditempatkan pada demo plot dan dirawat oleh KTH yang beranggotakan 13 petani, yang terdiri dari 4 petani laki-laki dan 9 petani perempuan. Pembagian peran dilakukan dalam kelompok, petani laki-laki berperan dalam perawatan stup, persiapan koloni dan penanaman tanaman pakan sedangkan petani perempuan berperan dalam proses pemanenan, perawatan tanaman pakan serta penangan pasca panen.
Manisnya madu trigona mulai terasa
Dalam waktu 9 bulan, stup- stup sudah mulai menghasilkan madu, meski pun masih dalam jumlah yang masih terbatas. Hermawan, seorang anggota KTH Bunga Desa mengatakan, “kegiatan budidaya kelulut jenis trigona ini akan sangat prospektif ke depannya jika ditekuni. Tidak hanya berpotensi ekonomi dari penjualan produk lebah trigona, namun juga dapat dikembangkan untuk ekowisata berbasis edukasi, bisa diakses oleh petani lain di dalam dan di luar desa, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat juga diakses oleh pelajar untuk kegiatan kunjungan edukasi”.
Kelembagaan yang kuat menjadi kunci keberhasilan usaha tani
Kesungguhan hati dari anggota KTH untuk maju menjadi kunci keberhasilan usaha tani, termasuk usaha budidaya lebah trigona. Selain itu, dukungan dari berbagai pihak juga sangat diperlukan untuk pengembangan usaha ini.
Di Desa Baru, kegiatan demo plot budidaya lebah trigona mendapat dukungan dari pemerintah desa. Kepala desa membantu dalam penyediaan lahan, bibit sumber pakan lebah, serta papan penanaman sumber pakan. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Baru juga memiliki peran penting dalam pengemasan dan pemasaran madu. Legalitas BUMDes menjadi faktor penting dalam pengembangan jejaring yang lebih luas untuk tujuan pemasaran produk dan pengembangan usaha melalui akses pendanaan dari berbagai sumber potensial.
Ke depannya, diharapkan produk madu dari budidaya lebah kelulut jenis trigona dalam demo plot dapat dipasarkan secara komersial dengan standar dan izin yang sesuai. Tujuan utamanya adalah menjadikan model usaha tani ini sebagai sumber pendapatan tambahan bagi kelompok tani sekaligus contoh inspiratif bagi petani lainnya, baik di dalam maupun di luar Desa Baru.