Top
 

Inovasi Agro-Silvo-Fishery: Optimalisasi Lahan dan Peningkatan Penghidupan di Desa Sungai Radak Dua

Desa Sungai Radak Dua, yang terletak di Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, menjadi salah satu desa percontohan dalam pengembangan demoplot agro-silvo-fishery dengan sistem “Surjan” di lahan gambut. Sistem Surjan merupakan sistem budidaya pada lahan rawa yang menerapkan bentuk ‘gundukan’ dan ‘cekungan’ serta pembuatan kanal sebagai pengatur tata air di lahan.

Pada bagian ‘gundukan’ atau pematang, ditanam berbagai jenis tanaman perkebunan, kehutanan, dan pertanian seperti pinang, laban, durian, serta tanaman hortikultura semusim dan palawija. Sementara itu, bagian ‘cekungan’ digunakan untuk budidaya ikan-ikan lokal, menciptakan ekosistem yang terpadu dan produktif.

Inovasi ini menandai langkah maju dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan memberikan harapan baru bagi ketahanan pangan serta penghidupan masyarakat lokal. Model usaha tani yang inovatif ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan lahan, tetapi juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Di tengah tantangan perubahan iklim, sistem “Surjan” menawarkan solusi adaptif yang mengintegrasikan pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam satu kesatuan ekosistem. Pendekatan ini menciptakan model pembangunan yang tangguh dan berkelanjutan untuk masa depan.

Gambar 1: Demoplot agro-silvo-fishery dengan sistem Surjan, Desa Sungai Radak Dua, Kecamatan Terentang, Kab. Kubu Raya, Kalimantan Barat

Pembangunan demoplot oleh ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACTS (Improving the Management of Peatlands and the Capacities of Stakeholders in Indonesia) yang didukung oleh BMU-IKI ini berupaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi masyarakat Desa Sungai Radak Dua, dengan mengatur tata kelola air pada lahan yang tergenang selama musim kemarau dan banjir yang selalu datang setiap musim penghujan akibat tersumbatnya kanal-kanal. Selain itu, Masyarakat juga seringkali menghadapi serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan menurunnya produksi pertanian.

Dengan mengintegrasikan pertanian, kehutanan, dan perikanan, pendekatan agro-silvo-fishery ini tidak hanya membantu mengatasi banjir dan memperbaiki drainase, tetapi juga meningkatkan ketahanan ekosistem dan hasil produksi pertanian secara keseluruhan.

Gambar 2: Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Kubu Raya, Tri Indriastuty, S.Hut, MT, melakukan penanaman pohon durian pada saat peresmian demoplot Desa Sungai Radak Dua

Sejauh ini, pemerintah desa telah berkontribusi dalam membangun “Surjan” pada lahan desa seluas 15 hektar dari rencana yang diharapkan seluas 25 hektar. Sementara ICRAF berkontribusi dalam memberikan pelatihan kepada kelompok tani dan membangun demoplot seluas 0,5 hektar yang telah dibangun dalam kurun waktu lima bulan sejak November 2023.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Kubu Raya, Tri Indriastuty, S.Hut, MT, yang meresmikan demoplot mewakili Penjabat Bupati Kabupaten Kubu Raya pada Selasa, 21 Mei 2024, mengatakan bahwa lahan demoplot ini juga dapat ditanami cabai sebagai strategi pengendalian inflasi dan ketahanan pangan. Ia berharap hasil program ini dapat berkontribusi pada penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting di Kab. Kubu Raya.

“Outputnya adalah bagaimana usahatani ini nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, baik dari tanaman maupun ikan yang dikembangkan. Harapannya program ini dapat berjalan terus sebagai model meskipun nantinya ICRAF sudah tidak mendampingi lagi. Hasil dari program ini juga dapat berkontribusi bagi penanganan pengurangan kemiskinan ekstrim dan stunting”, ujarnya.

Melalui pengembangan agro-silvo-fishery dengan sistem Surjan ini diharapkan masyarakat dapat mencapai ketahanan pangan dari berbagai jenis tanaman hortikultura semusim, memiliki tambahan pendapatan dari pinang dan durian serta palawija dan ikan, serta menghasilkan bahan bakar arang dari tanaman laban.

Gambar 3: Salah satu ‘cekungan’ yang menjadi tempat budidaya ikan

“Pada skala desa, model usahatani ini dapat menciptakan peluang ekowisata seperti pemancingan dan agrowisata. Sementara dari aspek lingkungan, penerapan sistem ini akan mengurangi penggunaan api sebagai alat penyiapan lahan, mengurangi penggunaan pestisida kimia karena mempertimbangkan keberadaan ikan di lahan, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah”, ujar Subekti Rahayu, Carbon Biodiversity Specialist ICRAF Indonesia.

Menurut Rahayu, pembangunan demoplot agro-silvo-fishery di Desa Sungai Radak Dua diharapkan menjadi tempat pembelajaran yang strategis bagi masyarakat dan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan.

Dengan implementasi sistem “Surjan,” Desa Sungai Radak Dua tidak hanya menunjukkan bagaimana lahan gambut dapat dikelola secara berkelanjutan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam menghadapi perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penulis: Dhian Rachma
Editor: Rahayu Subekti