ICRAF Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin, telah menyelenggarakan kegiatan Lokakarya Menuju Desa Gambut Lestari di Kabupaten Banyuasin pada tanggal 27 September 2021. Acara yang dilaksanakan secara luring dan daring ini menjadi muara dari berbagai hasil kajian lapang yang telah dilaksanakan oleh para Peneliti Muda Gambut (PMG) Sumatera Selatan yang merupakan bagian dari #PahlawanGambut.
Temuan-temuan dari kajian lapang telah dirangkum menjadi sebuah dokumen berjudul “Peta Jalan Gambut Lestari” yang disampaikan ke 34 desa yang sebelumnya telah dikunjungi oleh PMG. Melalui lokakarya ini, dokumen tersebut dibahas bersama para pemangku kepentingan dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, untuk mendapatkan masukan bagi langkah pengelolaan lahan gambut lestari di desa-desa pada Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan dan Sugihan-Sungai Lumpur yang sebagian berada di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten OKI.
Hadir dalam kegiatan lokakarya, Ketua TRGD Sumatera Selatan, Ir Dharna Dahlan, MM; Kabid Pembangunan Kawasan Perdesaan DPMD Kabupaten Banyuasin, HM Yasir Darojat SH, MM; Camat Muara Sugihan, Welly Ardiansyah SIP; Camat Muara Padang, Bahrum Rangkuti, SSTP, MSi; Camat Rambutan, Murshal SHi, MH; Koordinator PEAT Impacts-ICRAF Indonesia, Feri Johana dan perwakilan ke-14 desa dari tiga kecamatan di Kabupaten Banyuasin. Dalam sambutan yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pembangunan Kawasan Perdesaan, DPMD Kabupaten Banyuasin, H.M. Yasir Darojat SH, MM, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Banyuasin, Roni Utama, AP, M.Si mengatakan, “Momentum ini sangat tepat bukan hanya sebagai seremonial dalam rangka mencapai target program, tetapi diharapkan dapat menghasilkan instrumen untuk perlindungan, pelestarian dan pengelolaan ekosistem gambut. Anugerah kekayaan alam yang dimiliki Kab. Banyuasin harus dikembangkan dan dilestarikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, kami mendorong desa dan kepala desa yang wilayahnya menjadi fokus program pengelolaan gambut ini, agar dapat mengintegrasikannya kedalam program pembangunan desa baik kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) maupun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa”.
Koordinator Program Peat-IMPACTS Indonesia, Feri Johana, dalam sambutannya juga menyatakan bahwa berbagai temuan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan kajian lapang ini perlu mendapat koreksi dan masukan dari parapihak ditingkat desa, sehingga diharapkan nantinya dokumen peta jalan ini benar-benar menggambarkan kondisi dan strategi yang diharapkan. Peta jalan ini diharapkan pula menjadi milik masyarakat masing-masing desa dan diharapkan menjadi bagian penting dalam penyusunan RPJM Desa dan berbagai musyawarah pembangunan desa yang lain.
Sementara itu, Camat Muara Sugihan, Muara Padang, dan Rambutan yang hadir dalam kegiatan, menyampaikan harapannya agar hadirnya ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACTS turut mendukung peningkatan ekonomi masyarakat desa, serta terjalinnya kerjasama yang baik antara tim yang ada di lapangan dengan pemerintahan desa dan kecamatan. Selain itu, agar adanya sinkronisasi dan integrasi dengan program pengelolaan gambut yang sudah ada sebelumnya.
Dokumen Peta Jalan Gambut Lestari yang disajikan dan dibahas dalam kegiatan ini merupakan kumpulan data, informasi dan Analisa yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan dan restorasi gambut pada desa-desa di Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan dan Sugihan-Sungai Lumpur. Proses penyusunan dilaksanakan secara bertahap dan melibatkan berbagai pihak di desa, melalui wawancara, survei rumah tangga, maupun diskusi kelompok terpumpun. Analisis data kemudian dilakukan di tingkat desa.
Dokumen Peta Jalan Gambut Lestari tersebut disusun dengan alat bantu ALLIR (Assessment of Livelihoods and Landscapes to Increase Resilience) atau ‘Penilaian Modal Penghidupan dan Bentang Lahan untuk Meningkatkan Resiliensi’. ICRAF melalui Peat-IMPACTS juga akan menindaklanjuti dokumen Peta Jalan Gambut Lestari melalui berbagai kegiatan di tingkat desa. Koordinator Paket Kerja-3 Peat IMPACTS, Dr. Gerhard Manurung menyampaikan: “Akan ada 6 desa yang dipilih sebagai desa pilot dengan berbagai model bisnis yang ditawarkan, yakni 1) Pengembangan padi ramah lingkungan dengan penyiapan lahan tanpa bakar dan penggunaan pupuk organic; 2) Pengembangan Agro-silvo-pasto-fishery dalam sistem usaha tani paludikultur; 3) Pemanfaatan HHBK Madu; 4) Pengkayaan jenis pada kebun sawit monokultur dengan tumpang sari; sawit – (jahe/kunyit/pinang); 5) Agroforestri karet melalui pengkayaan dengan jenis tanaman semusim dan pohon buah-buahan; 6) Pengembangan agroforestry dengan jenis tanaman yang tidak disukai gajah untuk mitigasi konflik manusia – gajah.