Top
 

Menanam Bersama Benih Cinta Lingkungan, DAS dan Gambut Sejak Usia Dini Lewat Muatan Lokal Pelajaran Sekolah

Tak kenal maka tak sayang, pepatah ini kerap kali diperdengarkan pada percakapan sehari-hari, untuk menyatakan apabila kita tidak mengenal seseorang atau sesuatu, maka kita tidak memiliki perhatian kepada orang atau hal tersebut. Bagi kita orang Indonesia perlu diakui, bahwa setiap pepatah pasti ada maknanya dan biasanya mengacu pada kata bijak yang bertemakan kehidupan. Dan berbicara mengenai kehidupan, kita harus mengenal lingkungan tempat dimana kita tinggal, karena kesejahteraan kehidupan kita bergantung kepada lingkungan dimana kita berada.

Mengenalkan lingkungan sekitar, termasuk didalamnya Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Gambut adalah salah satu hal penting untuk kita tanamkan kepada semua kalangan masyarakat baik usia dewasa atau anak-anak. Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang memiliki area gambut yang luas di Indonesia. Provinsi ini kerap kali dihadapkan pada permasalahan lingkungan dan ekosistem, seperti kebakaran hutan dan lahan, yang sebagian terjadi di lahan gambut. Selain itu permasalahan degradasi DAS yang disebabkan oleh erosi, alih guna lahan, budidaya pertanian yang tidak ramah lingkungan, juga membawa pengaruh besar untuk Sumatera Selatan.

Untuk itu Forum DAS Sumatera Selatan bekerjasama dengan ICRAF Indonesia, Dinas Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dan didukung oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan  menginisiasi penyusunan kurikulum pendidikan tentang DAS dan Gambut. Sebagai langkah awal, diselenggarakan Lokakarya Peningkatan Kapasitas dan Pengarusutamaan Kurikulum Pendidikan Lingkungan (DAS dan Gambut), Sebagai Materi Muatan Lokal bagi Siswa Sekolah Dasar. Diselenggarakan selama dua hari, 14-15 Oktober 2021, di Wyndham Hotel Palembang, secara luring dan daring. Kegiatan Lokakarya ini merupakan lanjutan dari kegiatan yang sama yang telah dan dalam pelaksanaan di Kabupaten Banyuasin, beberapa waktu yang lalu.

Usia dini adalah masa yang penting untuk membekali anak dengan pengetahuan dan pembinaan untuk mengembangkan potensi mereka. Usia ini juga optimal dalam menanamkan kesadaran, kepedulian dan membentuk hal-hal positif tentang berbagai hal terkait. Khususnya sikap dan perilaku yang tepat untuk melestarikan lingkungan dan ekosistem. Menumbuhkan pemahaman dan kesadaran tentang DAS dan lahan gambut, perlu dilakukan sejak awal, melalui pendidikan formal di tingkat Sekolah Dasar (SD).

Peserta lokakarya yang hadir berasal dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten OKI, koordinator wilayah, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, mitra pembangunan, CSO dan media. Bertujuan untuk menyamakan persepsi para pihak tentang program edukasi lingkungan melalui proses penguatan kapasitas dan pengumpulan saran dan ide terkait materi pendidikan DAS dan lahan gambut. Sasarannya adalah membangun kurikulum dan bahan ajar DAS dan gambut yang dapat diintegrasikan kedalam muatan lokal pendidikan di tingkat SD (kelas 4, 5 dan 6).

Dr. Syafrul Yunardy, S.Hut., M.E., selaku Ketua Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Sumatera Selatan, dalam sambutannya mengatakan “Kegiatan lokakarya ini untuk membantu percepatan pencapaian visi dan misi Bapak Gubernur Sumsel terkait Sumsel bebas asap; dan mengapa kegiatan terkait lingkungan (DAS dan Gambut) ini salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Ogan Komering Ilir? Ini dikarenakan lahan gambut terluas berada di Kabupaten OKI, yang juga memiliki cukup banyak anak-anak sungai dan Sub DAS. Tentunya ada korelasi yang erat dengan masalah ekonomi, sosial, budaya serta penghidupan dan kehidupan masyarakat Kabupaten OKI.”

Tujuan lain pun disampaikan Dr. Syafrul bahwa mengarusutamakan topik-topik lingkungan hidup khususnya DAS dan gambut sesuai dengan kondisi lokal Kabupaten OKI agar menjadi perhatian mulai dari tingkat yang paling bawah dengan masuk di dalam kurikulum pendidikan, sehingga anak-anak akan paham apa peran DAS dan gambut di OKI. Adalah mimpi bersama bahwa anak-anak dapat berperan aktif terlibat dalam menjaga lingkungan di masa depan. Beliau pun menginformasikan bahwa kegiatan yang sama telah dan sedang dilakukan di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Inisiasi kegiatan ini disambut baik oleh Direktur ICRAF Indonesia, Dr Sonya Dewi yang pada kesempatan ini diwakili oleh Feri Johana selaku Koordinator Proyek Peat-IMPACTS, ICRAF Indonesia. Feri Johana menjelaskan bahwa ICRAF Indonesia ikut berperan aktif dan mendukung inisiatif ini dengan bekerjasama secara erat dengan Forum DAS dan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten, khususnya Kabupaten OKI dan Banyuasin untuk mendorong pengelolan gambut berkelanjutan di Provinsi Sumatera Selatan.

“Kegiatan ini terkait penguatan kapasitas dan pengarusutamaan di tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten OKI. Aspek terpenting terkait tata kelola adalah mendesain aspek Pendidikan di Dalam pengelolaan program, agar dapat menjadi investasi jangka panjang yang jelas keberlanjutannya.” ujar beliau.

Feri Johana pun berharap akan banyak generasi penerus di Sumatera Selatan yang dapat membawa perubahan kedepan. Generasi penerus ini perlu diwarisi dengan pemahaman dan pengetahuan yang relevan sebagai pemegang tongkat estafet pembangunan dimasa depan Provinsi Sumatera Selatan.

  1. Husin S.Pd. MM. M.Pd., selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pemda Kabupaten OKI berterima kasih telah ditunjuk sebagai salah satu pilot project dan mendukung kegiatan ini; karena lingkungan merupakan isu global dan nasional, sehingga sangat tepat jika masalah lingkungan ini dijadikan salah satu kebijakan muatan kurikulum lokal pendidikan di Kabupaten OKI.

“Dengan adanya kurikulum tentang lingkungan, kita setidaknya memberi pemahaman mengenai upaya untuk memperhatikan dan memelihara lingkungan, dengan aksi peduli lingkungan yang dapat melibatkan siswa, mahasiswa, bahkan para pemuka,” kata Pak Husin.

Semoga hasil kegiatan ini dapat menjadi referensi bagi daerah lain maupun di lingkup nasional, serta dapat berdampak luar biasa yang mempunyai nilai tambah bagi kehidupan masyarakat di Kab. OKI, sehingga karhutla dan banjir dapat terminimalisir ketika DAS dan Gambut dapat terpelihara dengan baik. Harapan besar Pak Husin sekaligus membuka lokakarya ini.

Pemahaman lebih lanjut mengenai DAS dan Gambut dipaparkan pada sesi paparan materi. Yang pertama disampaikan secara rinci oleh Andree Ekadinata S.hut., M.Si., Koordinator Tim Paket Kerja 6-Pengelolaan Pengetahuan, Peat IMPACTS, ICRAF Indonesia, mengenai “Membedah Fungsi dan Peran Penting Gambut bagi Kehidupan dan Penghidupan”. Menjelaskan apa itu gambut dan fungsinya, degradasi gambut, memulihkan gambut, dan mengelola gambut untuk tidak rusak lagi, sekaligus menumbuhkan pemahaman dan kecintaan terhadap gambut.

“Restorasi gambut adalah proses panjang untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak dari lahan gambut yang terdegradasi.” tegas Andree.

Beliau juga mengajak seluruh peserta lokakarya untuk menjadi #PahlawanGambut, dengan berpartisipasi memberikan ide dan pemikiran untuk menterjemahkan pengetahuan teknis gambut menjadi bahan ajar yang bisa digunakan di berbagai jenjang pendidikan; ikut serta membangun kurikulum Pendidikan dan bahan ajar, serta menguji dan mencoba kurikulum dan bahan ajar tersebut agar dapat memberikan evaluasi konstruktif untuk perbaikan-perbaikan di masa depan.

Selanjutnya paparan mengenai “Membedah Fungsi dan Peran Penting DAS bagi Kehidupan dan Penghidupan”, yang disampaikan oleh Dr. Sulthani Azis, M.Sc., Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Musi.

Beliau menjelaskan bahwa DAS terdiri dari tiga kesatuan, yaitu bentanglahan, hidrologi dan ekosistem. Ekosistem DAS di wilayah hilir merupakan zona pemanfaatan sumberdaya dengan kerapatan drainase kecil dan bentanglahannya berupa dataran yang berpotensi banjir/tergenang. Dengan pola irigasi dominan dan jenis-jenis vegetasi yang dominan pertanian dan lahan gambut.

“Anak didik kita harus bisa mengetahui manfaat bentanglahan agar dapat mengelola lahan tempat tinggal mereka untuk penghidupan dimasa datang. Karena pada dasarnya manusia adalah agen pengelola lingkungan yang perlu ditanamkan mengenai dasar pemahaman ekosistem DAS dan Gambut. Mengapa, manfaat serta dampak dari pemeliharaan lingkungan, generasi muda perlu terlibat aktif dalam kampanye pelestarian lingkungan di era digital saat ini,” jelas Dr Azis.

Penyampaian kedua materi tersebut dimoderatori oleh Wakil ketua Forum Koordinasi Pengelolaan DAS, Dr. Ir. Karlin Agustina, MSi., yang mengantarkan peserta lokakarya kepada diskusi yang lebih mendalam, mengenai upaya penyusunan kurikulum muatan lokal Pendidikan lingkungan DAS dan Gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang akan dilakukan selama dua hari ini.

Lewat kegiatan ini diharapkan tercipta dukungan dari instansi terkait dan terbentuknya tim gugus tugas penyusunan draft kurikulum dan bahan ajar pendidikan lingkungan, DAS dan gambut Kabupaten OKI. Dengan begitu generasi muda Sumatera Selatan akan memiliki fondasi untuk menjaga lingkungannya secara berkelanjutan dari berbagai faktor penyebab kerusakan lingkungan.