Top
 

Peneliti Muda Gambut Sumatera Selatan: Belajar Menjadi #PahlawanGambut Sesungguhnya

Peat IMPACTS Indonesia adalah program riset-aksi yang mendukung perwujudan dan pengelolaan gambut berkelanjutan, melalui penguatan kapasitas teknis dan kelembagaan serta penyelarasan peran antara sektor publik dan swasta. Peat IMPACTS diselenggarakan di dua provinsi di Indonesia, yakni Sumatera Selatan, di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin, dan Kalimantan Barat di Kabupaten Kubu Raya. Melalui program Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG) yang mengusung semangat #PahlawanGambut, ICRAF Indonesia mengajak seluruh pemuda dan pemudi lulusan berbagai perguruan tinggi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat untuk ikut berperan dalam menjaga keberlangsungan ekosistem di lahan gambut. #PahlawanGambut adalah sebuah gerakan untuk menghimpun pengetahuan, pembelajaran, pemahaman serta berbagai ide terkait pengelolaan gambut berkelanjutan oleh para penggiat, peneliti, pelaku usaha, petani dan generasi muda di Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Di Sumatera Selatan, program Peat-IMPACTS Indonesia berfokus di desa-desa yang berada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Banyuasin.

Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG)

Peat IMPACTS telah mengikutsertakan 50 putra-putri terbaik Sumatera Selatan kedalam program Inkubator Peneliti Muda Gambut (IPMG). Di dalam IPMG, tahapan awal yang harus dilalui sebelum menjadi seorang #PahlawanGambut adalah proses seleksi, yang meliputi proses administrasi, pemenuhan persyaratan, penulisan esai, serta tahap wawancara mendalam untuk menyampaikan persepsinya terhadap kehidupan di lahan gambut, isu-isu lingkungan terkait lahan gambut, dan menjelaskan secara singkat mengenai esai yang telah ditulis.

Menariknya, meskipun mengangkat tema mengenai lahan gambut, program IPMG tidak hanya memberi kesempatan kepada lulusan dengan kelompok keilmuan pertanian atau keilmuan yang terkait dengan konteks lahan gambut saja. ICRAF Indonesia memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh putra-putri terbaik lulusan perguruan tinggi dari berbagai kelompok keilmuan, untuk turut berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan ekosistem di lahan gambut sebagai Peneliti Muda Gambut (PMG).

Setelah lulus tahap seleksi, para-PMG kemudian mengikuti proses Masa Inkubasi. Tahap ini merupakan proses pembekalan yang meliputi kegiatan pendalaman materi dan penguatan kapasitas pengetahuan PMG. Para pemateri terdiri dari para pakar/ahli di bidangnya, dosen, dan peneliti senior ICRAF. Masa inkubasi berlangsung selama satu bulan, secara daring. Para PMG memperoleh pembekalan materi dengan tema yang berbeda setiap harinya, dari pagi hingga sore hari.

Usai masa inkubasi, para-PMG kemudian melakukan kegiatan uji coba selama 5 hari di beberapa desa gambut di Kecamatan Pedamaran Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Pada proses uji coba ini, tim PMG dibagi kedalam tim-tim kecil untuk melaksanakan FGD dan wawancara bersama masyarakat. Ujicoba ini sangat penting untuk mengasah kemampuan dalam berkoordinasi sesama tim, dengan perangkat desa, dan juga proses penggalian data. Proses uji coba berjalan dengan lancar dan baik, juga menjadi lebih mudah dan cepat karena didukung dengan tools seperti Kobotoolbox untuk mengirim dan mengumpulkan data hasil FGD maupun wawancara.

Setelah proses uji coba selesai dan PMG dinilai telah siap untuk turun langsung kelapangan, para -PMG diajak untuk melakukan kegiatan “Aksi Lapang” untuk penggalian informasi dan penyusunan Peta Jalan Gambut Lestari di 34 desa yang berada dalam ekosistem gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin. Selama kurang lebih 3 bulan, para peneliti muda ini menjalankan kegiatan lapangan untuk menghasilkan gambaran atau profil dari masing-masing desa yang dikunjungi. Mereka berinteraksi dengan petani gambut serta para penggiat gambut untuk mengungkap berbagai pengetahuan, pembelajaran, dan opsi intervensi untuk pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan di Sumatera Selat. Pada kegiatan ini para-PMG dibagi kedalam 4 tim besar. Tim tersebut dikelompokkan berdasarkan tools penggalian data yang mereka gunakan untuk riset di lapangan, yakni, Listra-Ligots, AFLIC-LUCBI, SUTA, dan IBUSS.

Melalui kegiatan riset langsung dilapangan, para-PMG mendapatkan berbagai temuan, pelajaran, pengetahuan dan pengalaman tentang kehidupan masyarakat di lahan gambut. Masyarakat di desa-desa yang dikunjungi umumnya menggantungkan sumber kehidupannya dengan bertani sawah, berkebun karet dan sawit, maupun jenis pertanian agroforestri lainnya. Ada juga yang beternak dan membudidayakan ikan sebagai mata pencahariannya. Sebagian besar masyarakat masih mengelola pertaniannya secara tradisional, karena kurangnya alat bantu pertanian yang modern.

Dari hasil riset para-PMG, dapat diketahui begitu banyak kendala yang dihadapi masyarakat dalam melaksanakan aktifitas perekonomiannya di lahan gambut, meskipun mereka memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang unggul karena hampir semua lahan dikelola dan dimiliki masyarakat. Sebagian desa juga telah memiliki modal fisik berupa sarana prasarana yang cukup baik. Namun modal sosial, Sumber Daya Manusia (SDM) dan keuangan masih cenderung rendah. Hal tersebut disebabkan belum adanya pelatihan usaha dan penyuluhan yang memadai, serta akses informasi pertanian yang terbatas. Akses terhadap keuangan juga masih banyak mengalami kesulitan.

Rangkaian proses kegiatan IPMG kemudian ditutup dengan kegiatan “Tugas Akhir” berupa tugas menulis dan berbagi (Seminar dan Dialog Publik). Tugas ini ditujukan sebagai sarana pengalaman dan pembelajaran bagi mereka untuk menyajikan hasil penelitian dalam produk publikasi untuk masyarakat luas dan pemangku kepentingan. Para-PMG juga dapat memperoleh pengalaman dan pembelajaran untuk berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan audiens dan penerima manfaat.

PMG Terbaik

Di akhir kegiatan IPMG, ICRAF melakukan proses seleksi untuk memilih dua orang PMG terbaik, untuk tergabung menjadi staff ICRAF di Kantor Sumatera Selatan sebagai Landscape Facilitator dan Livelihood Facilitator. Proses seleksi dilakukan dalam beberapa tahap: (1) Penilaian kinerja dan prestasi; (2) Penentuan calon kandidat; (3) dan Wawancara Panel. Penilaian Kinerja dan Prestasi dilakukan dengan mengakumulasikan nilai prestasi selama fase inkubasi, tugas lapang dan tugas akhir. Untuk fase tugas lapang dan tugas akhir, supervisor melakukan penilaian dengan mengunakan instrument yang telah disiapkan. Penentuan calon kandidat dilakukan berdasarkan hasil penilaian kinerja dan prestasi, serta hasil musyawarah supervisor PMG. (DR, JH, AP)