Top
 

Pembukaan Lahan Tanpa Bakar: dampak positif jangka panjang dan solusi untuk keberlanjutan usahatani di Kubu Raya, Kalimantan Barat

Dampak dari praktik pembukaan lahan dengan cara membakar yang dilakukan oleh masyarakat di Kubu Raya, Kalimantan Barat mulai dirasakan sejak Bulan Juli-September 2023. Masyarakat menganggap praktik ini adalah cara praktis dan ekonomis dalam persiapan lahan pertanian.

Pertanyaannya, selain menimbulkan asap dan abu yang berdampak buruk bagi kesehatan, adakah dampak jangka panjang lainnya yang lebih merugikan? Lantas apa solusinya dari dampak negatif jangka panjang dapat diminimalkan agar keberlanjutan usahatani tetap terjaga?

Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan Pelatihan Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) di empat desa pilot Project Peat-IMPACTS, yaitu Desa Sungai Asam, Sungai Radak Dua, Bengkarek dan Pasak, Kab. Kubu Raya, diantara tanggal 4-11 September 2023.

Joko Wiryanto, ahli pertanian organik, menjelaskan dampak negatif pembakaran lahan terhadap kesuburan tanah, yang menyebabkan matinya biota tanah yang berperan penting dalam menguraikan bahan organik dan menghasilkan humus serta unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

Memanfaatkan gulma yang tumbuh dengan tanpa membakar dapat menjadi sumber humus. Gulma ditebas, ditumpuk dalam parit kecil, dan ditutup kembali dengan tanah agar terjadi dekomposisi dan menghasilkan unsur hara. Enzim pengurai untuk mempercepat proses dekomposisi dapat dibuat sendiri oleh petani dengan bahan-bahan yang mudah didapat, seperti dedak, buah-buahan, gula, dan lain-lain yang disebut sebagai formula F0 dan F1 embio, untuk mempercepat proses penguraian bahan organik, juga untuk mempercepat pemulihan biota tanah yang hilang akibat pembakaran.

“Menyiapkan Lahan Tanpa Bakar memiliki banyak manfaat dalam meningkatkan kualitas lahan dan memanfaatkan sisa-sisa daun, sampah, dan gulma sebagai sumber humus dan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik lebih baik dalam menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang, berbeda dengan penggunaan pupuk kimia yang dapat merusak kesuburan tanah,” ungkap Joko.

Oleh: Nurhayatun Nafsiyah