Top
 

Mengulas Performa Penerapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Kubu Raya 

Penerapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berupaya membangun keberlanjutan yang serasi dan seimbang dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang dilakukan oleh perusahaan bekerjasa sama dengan multi-pihak. TJSL diharapkan mampu membawa dampak positif bagi reputasi bisnis perusahaan, penghidupan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. TJSL merupakan bagian dari komitmen perusahaan-perusahaan di seluruh Indonesia terhadap pembangunan yang berkelanjutan.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Kubu Rayabersama World Agroforestry (ICRAF) Indonesia melalui kegiatan Peat-IMPACTS merangkul bebagai perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kubu Raya untuk duduk bersama dalam lokakarya dengan mengangkat tema “Performa Penerapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan”, pada Rabu, 28 September 2022, di Qubu Resort, Kab. Kubu Raya. Kegiatan ini dihadiri oleh 11 perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Kubu Raya.

Peat-IMPACTS melalui Paket Kerja 4, berupaya untuk mengarusutamaan pendekatan bentang lahan untuk intervensi kebijakan pengelolaan gambut lestari. Untuk itu diperlukan informasi mengenai status dan kemajuan pendanaan konservasi bagi pengelolaan gambut lestari melalui PTJSL.

Dalam sambutan sekaligus membuka acara, Bapak Bupati Kubu Raya, H.Muda Mahendrawan, S.H, yang diwakilkan kepada Bapak Wakil Bupati, Sujiwo, SE, M. Sos. menyatakan bahwa pada dasarnya semua sektor usaha di seluruh dunia melakukan Penerapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (PTJSL) atau Corporate social responsibility (CSR) yang identik dengan memberikan perhatian sosial di lingkungan sekitar. Semua badan usaha di Kabupaten Kubu Raya ini mempunyai satu derap langkah yang sama dengan Pemerintah Daerah dalam memberikan kontribusi positif yang bermanfaat untuk daerahnya, pemerintah dan masyarakat di sekitar di mana usaha itu berjalan.

“Ajang diskusi kita hari ini adalah untuk memberikan ruang kepada para pihak yang hadir untuk saling terbuka, bertukar pikiran, dan saling melengkapi, melalui urun saran, maupun penyampaian kendala-kendala yang ada, sehingga pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap kiprah para dunia usaha ini”, kata Sujiwo.

Beliau juga menambahkan, Pemerintah Daerah, para pelaku usaha, dan masyarakat ini harus dapat saling bersinergi, sehingga pelaku usaha dapat terus berinvestasi dengan baik dan berjalan lancar. Permasalah apapun akan terasa ringan jika kita berkolaborasi bersama, tentunya juga dengan menggandeng dengan para pakar peneliti dan para akademisi. Kajian-kajian kebijakan apabila diperlukan dapat dikaji ulang untuk dapat disempurnakan dalam upaya membawa manfaat untuk pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat.

Herbimo Utoyo, S.Hut., Kepala Bidang Perekonomian, Sumber Daya Alam, Infrastruktur, dan Wilayah BAPPEDALITBANG Kabupaten Kubu Raya, dalam paparannya mengatakan bahwa, Kabupaten Kubu Raya memiliki luasan lahan gambut dan mangrove terbesar di Kalimantan Barat. Sebagai konsekuensinya, tanggung jawab dalam pelestarian ekosistem gambut ini menjadi penting. Konversi gambut menjadi lahan pertanian dan perkebunan tidak terelakkan dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya alam dan lahan di sektor pertanian dan perkebunan, yang merupakan salah satu sumber APBD terbesar di Kubu Raya.

Di saat yang bersamaan, ledakan angkatan kerja terjadi sebagai bonus demografi, untuk itu diperlukan pemikiran yang strategis dalam menciptakan lapangan kerja. Skenario innovative blended financing berpotensi melibatkan sektor usaha untuk dapat berkontribusi terhadap potensi pembangunan sesuai karakteristik gambut dan mangrove juga lahan penghidupan bagi masyarakat Kubu Raya.

“Perlunya pelibatan Bappeda dalam Perda TJSL, sehingga dapat terjabarkan melalui Musrembang, sebagai suatu wadah diskusi penyampaian berbagai harapan dan usulan desa yang juga memperhatikan isu-isu lingkungan. Agar sejalan dengan upaya terlaksananya usaha-usaha lokal melalui model usaha tani yang sesuai kebutuhan dan keinginan masyarakat desa. Usulan pembangunan di desa juga perlu disampaikan, sehingga pembangunan di Kubu Raya mempunyai daya dukung dan daya tampung yang selaras di setiap lingkungannya,” Kata Bimo.

Mewakili Ketua Forum TJSL, M. Abdussalam, M.Si, menyampaikan bahwa proses implementasi Forum TJSL terkendala dan tidak berjalan dengan baik. Tidak adanya pembiayaan dan kekompakan anggota untuk diadakannya pertemuan. Harapannya dengan diadakannya forum pertemuan hari ini tercipta peluang bagi forum TJSL untuk bisa aktif kembali. Forum TJSL ini akan menjadi mediator antara badan usaha dengan masyarakat, apa yang diinginkan masyarakat dan apa yang dapat dikelola oleh perusahaan, tentunya dengan merangkul pemerintah dan pihak terkait setempat.

“Salah satu definisi TJSL adalah menciptakan hubungan serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Dengan dibentuknya Forum Pelaksana TJSL pada tahun 2016, yang terdiri dari beberapa perusahaan, masyarakat dan pemerintah daerah. Forum ini bertujuan sebagai wadah komunikasi, konsultasi dan evaluasi dari penyelenggaraan program TJSL yang mengarah dan bersinergi dengan program perusahaan, pembangunan daerah dan masyarakat setempat. Cakupan program TJSL meliputi kemitraan dan bina lingkungan, kemitraan usaha mikro, sektor pendidikan, kesehatan, sosial, keagamaan, serta infrastruktur, dikaitkan dengan program OPD-OPD yang relevan.” Jelas Adi Mulyono, mewakili Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kubu Raya.

Dinas Pekebunan dan Peternakan Kabupaten Kubu Raya, yang diwakili oleh Rudi Silalahi menjelaskan bahwa sesuai mandat kepung bakol Bapak Bupati Kubu Raya, Kepala Dinas menginisiasi Sistem Pengembangan Perkebunan Unggul berbasis CSR/Tembakul. Sistem Tembakul ini adalah upaya untuk memfasilitasi petani dan pekebun di Kubu Raya untuk mengembangkan perkebunan dengan sinergitas dukungan perusahaan perkebunan melalui dana CSR.

“Pengembangan kegiatan CSR terkait pengembangan perkebunan unggul ini dapat berupa alat-alat pertanian/perkebunan, bibit tanaman, pelatihan pengolahan hasil perkebunan, pemasaran dan pemanfaatan produk baku maupun olahan secara partisipatif antara petani ibersama kami, juga badan usaha terkait. Sehingga sesuai dengan target kebutuhan dan capaian yang sudah disepakati bersama,” tambah Rudi.

Sonny Sukada, Executive Director CCPHI, menyampaikan pemahaman perusahaan mengenai konsep CSR masih sangat terbatas. CSR sering diartikan sebagai “Cukup Serahkan Rupiah” dan dipahami sebagai filantrofi atau kedermawanan. Selain itu, CSR juga hanya menyangkut aspek sosial, dan tidak ada keterpaduan dengan isu lingkungan hidup.

“Apabila penerapan TJSL dan Forum TJSL tidak jalan, itu artinya trust tidak ada dan konsep TJSL yang diusung sudah usang. Perbaikan konsep, tata kelola dan ruang lingkup TJSL yang sekarang ada, menjadi sangat mendesak. Forum TJSL harus berdasarkan kemitraan multi pihak (Kolaborasi Penthahelix) yang kemudian diturunkan kepada pokja-pokja yang sesuai target capaian. Sedangkan dari sisi konsep, TJSL harus beyond compliance dan menciptakan nilai bersama – creating shared value – yang menargetkan konsep keberlanjutan secara lebih luas untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” saran Sony. Ide mengenai Perda Kubu Raya Hijau sebagai pengganti Perda TJSL juga digagas oleh beliau.

Dr Beria Leimona, Senior Expert Landscape Governance and Investment, ICRAF Indonesia, menjelaskan pentingnya ekosistem gambut, yang merupakan ekosistem dominan Kubu Raya, dalam meredam ancaman perubahan iklim dan berkontribusi bagi ekonomi lokal. Olehkarena itu, TJSL terpadu dan terukur dalam rangka kelestarian gambut Kubu Raya perlu mengusung, tidak hanya sekedar benefit-sharing dari keberadaan ekosistem unik gambut, tetapi juga cost-sharing

“Upaya TJSL selain untuk meminimalkan dampak negatif dengan cara patuh hukum, juga harus memiliki dampak positif, yaitu tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsep ko-investasi atau investasi bersama dalam mengelola dan melestarikan ekosistem gambut, perlu dilakukan dengan berbasis data ilmiah, berbasis performa, memiliki persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan (atau FPIC), serta terpadu denngan peningkatan penghidupan masyarakat.” tambah Leimona.

ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACTS telah menetapkan enam desa pilot dari 27 desa di Kabupaten Kubu Raya, yang selanjutnya akan dilakukan intervensi melalui beberapa model bisnis/usaha tani yang nantinya dapat menjadi praktek baik perusahaan yang ingin melakukan program TJSL terukur dan terpadu.

Dr Subekti Rahayu, Carbon Biodiversity Specialist, ICRAF Indonesia, menjelaskan keenam desa tersebut akan melakukan pengembangan model usaha tani. Diantaranya adalah: Desa Bengkarek dan Desa Pasak yang akan terfokus pada perbaikan pengelolaan agroforestri di kawasan hidrologis gambut untuk menuju Pertanian yang Tangguh terhadap perubahan iklim. Desa Kubu akan dilakukan pengembangan HHBK melalui perbaikan tata Kelola dan kebijakan tingkat desa. Desa Permata terfokus pada pengelolaan hutan desanya melalui pengembangan hasil hutan bukan kayu serta pemanenan yang lestari. Desa Sungai Asam akan melanjutkan pengembangan agroforestri nanas dengan pengayaan pohon buah-buahan di lahan gambut. Desa Sungai Radak Dua melalui pengembangan model usaha tani Agro-silvo-fishery atau yang dikenal dengan mina padi. Selain itu, monitoring dan evaluasi yang menyasar perubahan perilaku masyarakat desa akan juga dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi tersebut untuk mengetahui apakah pelatihan dan pembinaan model usaha tani yang dilakukan sudah sesuai harapan dan capaian yang didambakan masyarakat di berbagai desa tersebut.

Selain penyampaian paparan menarik dan informatif, lokakarya ini juga menyajikan penjelasan singkat mengenai status penerapan TJSL dari beberapa perwakilan perusahaan, diantaranya Pertamina, PT. Angkasa Pura II, Bank Kalbar, PT. Bumi Raya Group, PT.GAN. Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi terpumpun guna membangun kesepakatan dan tindak lanjut. Diskusi ini melibatkan pemangku kepentingan di Kabupaten Kubu Raya, khususnya yang terkait dengan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi performa dari skema Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Kabupaten Kubu Raya.

Kubu Raya, 28/09/2022

Mengajak generasi muda #PahlawanGambut membedah film dokumenter “Paradise of Peatland”

“Paradise of Peatland” merupakan film dokumenter garapan Keep Earth Borneo (Tysa Prastyaningtias-penulis naskah, Ilham Pratama-Sutradara) yang menyoroti lahan gambut di Desa Permata, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Film ini menyampaikan tentang kehidupan peradaban masyarakat Desa Permata dalam kesehariannya berkegiatan dalam pertanian gambut, serta sejauh mana dan dampak apa yang dihasilkan. Serta gambaran satu kesatuan variabel yang menceritakan sistem perairan gambut dan lahan gambut itu sendiri.

Desa Permata termasuk ke dalam Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) Sungai Terentang yang memiliki kawasan kubah gambut sebagai fungsi lindung karena dapat menyimpan kandungan karbon dan air yang sangat tinggi.

Sebagian besar masyarakat Desa Permata adalah petani yang memanfaatkan lahan gambut untuk pertanian dan agroforestri. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah jahe dan cabai. Selain itu mereka juga menanam berbagai pepohonan diantaranya jengkol, petai, karet dan durian, yang dimanfaatkan sebagai tanaman agroforestri.

Petani di Desa Permata telah mengaplikasikan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) sejak tahun 2018, guna menjaga lahan dan sistem air gambut. Menurut Kepala Desa Permata, sejak diterapkannya sistem PLTB oleh petani Desa Permata, sudah jarang terjadi kebakaran lahan.

Informasi dan pengalaman ini dibagikan kepada seluruh peserta yang hadir dalam acara Diskusi Film ini. Dengan menghadirkan para pembicara, diantaranya Prof. Dr. Dwi Astiani M.Sc, Ahli Gambut, Universitas Tanjungpura yang membawakan topik mengenai “Pemahaman Gambut untuk Pemuda”, Muhammad Hatami, WIKI Gambut Kalimantan Barat dengan topik “Penjaga Pengetahuan Gambut”, Sriyono dan Sahrul, Petani Desa Permata, yang menceritakan pengalaman mereka dalam Pertanian di lahan gambut, dan Ilham Pratama, Sutradara, Keep Earth Borneo, yang berbagi cerita tentang proses pembuatan film dokumenter ini.

Saat menyampaikan pengalamannya, Sahrul yang sudah menjadi warga Desa Permata sejak tahun 2017 merasakan tantangan yang luar biasa dalam mengelola lahan gambut dibandingkan lahan mineral di wilayah Jawa. Selama bertani, Sahrul memanfaatkan kotoran ternak dan sampah dedaunan untuk pembuatan pupuk organik padat dan cair. Hal ini ia lakukan sejak 2019 untuk Pertanian tumpangsari berupa cabai dan jahe yang merupakan tanaman unggulan di Desa Permata. Praktik tumpang sari ini merupakan upaya bagi pak sahrul dalam memaksimalkan pengelolaan pertanian di lahan gambut.

Sama halnya dengan Sahrul, Sriyono yang merupakan Ketua Gabungan Kelompok Tani Mekar Sari yang juga seorang petani Desa Permata menggantungkan hidupnya di lahan gambut. Dia mengolah lahan gambut dengan sistem PLTB. Hal ini dirasa berguna agar tanah dapat menyimpan air, dan tidak akan menjadi kering bila musim kemarau tiba. Selain itu Sriyono pun memanfaatkan pupuk organik dalam mengelola lahan gambut miliknya.

Diskusi bersama para pemuda dan pemudi generasi muda Kota Pontianak ini sangat bermanfaat. Mereka sangat antusias mendengarkan dan juga bertanya langsung mengenai berbagai hal terkait lahan gambut dan pengelolaannya sebagai upaya penerapan Pertanian Ramah Lingkungan.

Melestarikan gambut bukan hanya tugas siapa yang berpijak diatasnya, namun juga tanggung jawab aku, kamu, dan kita semua. Melestarikan gambut, menjaga kehidupan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kondisi gambut di Desa Permata, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, sekaligus sebagai ruang diskusi dan penyadartahuan tentang gambut kepada komunitas pegiat lingkungan yang ada di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.

Didukung oleh World Agroforestry (ICRAF), melalui Program Peat-IMPACTS Indonesia, dengan bekerja bersama Keep Earth Borneo/@keepearth.brn dalam proses memproduksi serta menyelenggarakan acara Diskusi Film pada tanggal 07 September, di Rooftop Harris Hotel, Pontianak.

#PahlawanGambut
#ParadiseofPeatland

Oleh: Winda Eka Putri, KEB

Semangat siswa SMPN 12 Sungai Raya lakukan uji coba kurikulum muatan lokal gambut dan mangrove di Kabupaten Kubu Raya

Sungai Raya lokasi di mana SMP Negeri 12 ini terpilih menjadi salah satu sekolah menengah pertama unuk dilaksanakannya uji coba kurikulum mutan lokal gambut dan mangrove yang telah Penyusunan dan pengembangannya telah disusun beberapa waktu lalu bersama Tim Penyusun dan Pengembang yang berkomitmen tinggi, kreatif dan inovatif secara partisipatif.

H Saknawi Spd, Kepala Sekolah dalam sambutannya menyatakan rasa bangga telah menjadi salah satu sekolah percontohan untuk uji coba pelaksanaan kurikulum. Sebagai tindak lanjut, implementasi berupa praktik-praktik penanaman akan dilakukan sejalan dengan materi kurikulum pelestarian gambut dan mangrove. Diantaranya tanaman nanas dan apotik hidup. SMPN 12 juga memiliki lahan seluas 0,5 hektar, dan akan segera bergandengan tangan bersama Pak Kepala Desa dalam pengurusan kepemilikan tanah SMPN 12 ini.

“Harapan kami, kedepannya lahan ini akan menjadi lahan uji coba praktek kurikulum mulok yang akan dimanfaatkan untuk menanam berbagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut, seperi nanas, tanaman apotik hidup, pohon buah-buahan, dll. Sehingga pembelajaran ini tidak hanya berhenti sampai di siswa saja, namun mereka pun bisa menularkan informasi dna pengetahuan yang didapat kepada orang tua mereka. Agar lahan gambut bisa kita hindari dari kekeringan dan kebakaran,” Kata Saknawi.

Rasa bangga juga disampaikan oleh Andree Ekadinata, perwakilan ICRAF Indonesia. Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan akan terus dilakukan melalui program Peat-IMPACTS di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya. Salah satu program yang ada adalah mendukung edukasi serta pemahaman tata Kelola gambut secara berkelanjutan dimulai dari usia dini. Karya kurikulum muatan lokal gambut dan mangrove ini harapannya akan terus dikembangkan, untuk itu kritik dan saran akan terus kami harapkan melalui pengajaran kurikulum ini akan bisa mencetak pemimpin-pemimpin muda di masa depan yang mendukung pelestarian lingkungan, gambut dan mangrove.

M. Ayub, S.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya, serta rekan-rekan Tim Pengembang turut hadir mendukung pelaksanaan uji coba ini. Salah satu tujuan selain melestarikan gambut dan mangrove juga akan terciptanya sumber daya manusia Kubu Raya di masa depan yang mampu mencintai, menggali pembelajaran tata kelolanya. Evaluasi akan

Uji coba dilakukan di 3 kelompok wilayah, yaitu di lokasi gambut, di lokasi mangrove dan di lokasi bukan gambut dan mangrove. Sehingga proses monitoring dan evaluasi akan didapatkan di seluruh Kubu Raya. Agar kita bisa mendapatkan kurikulum yang berdaya guna dan sesuai dengan kebutuhan di seluruh lokasi capaian, sehingga Kabupaten Kubu Raya dapat menjadi pelopor bagi tempat-tempat lainnya di Kalimantan Barat.

“Kegiatan ini adalah inisiatif menembus jaman dan akan akan menjadi #BukanMulokBiasa yang telah ditancapkan dalam semangat siswa-siswi yang terus berfikir dan berkontribusi untuk dunia,” Tegas H Muda Mahendrawan S.H. Bupati Kab. Kubu Raya,yang terus menyemangati para siswa dan tim pendidik. Kegiatan Mulok ini bukan hanya penanaman saja namun berupa edukasi yang ditancapkan sebagai solusi cara berfikir sekaligus bertindak bagi para generasi muda dalam bagaimana gambut bisa untuk masa depan. Kubu Raya yang menjadi sumber pangan baik sayur mayur, budidaya ternak dan ikan, akan menjadi penyeimbang bagi sektor wirausaha. Ide dan gagasan, serta rasa memiliki dan tanggung jawab harus terus tertanam pada siswa-siswi. Selain itu siswa-siswi yang ikut berkegiatan mulok ini akan menjadi penerus penyampaian informasi dan pemahanan bagi orang tua mereka, tambah beliau.

Kurikulum muatan lokal ini di uji cobakan untuk dikembangkan dan menggali potensi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar sehingga anak didik memiliki keunggulan yang kompetitif. Muatan lokal disajikan dalam bentuk mata pelajaran yang terintegrasi dengan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa Indonesia. Para pendidik diharapkan tidak hanya mengajarkan ilmu mengenai gambut dan mangrove ini dalam bentuk mata pelajaran, namun juga akan diimplementasikan dalam bentuk praktik di luar kelas guna memanfaatkan tanah/kebun yang terdapat di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal para peserta didik. Sehingga siswa dapat memahami langsung tentang tanaman-tanaman apa saja yang dapat ditanam di lahan gambut.

“Kelanjutan dari pelaksanaan uji coba ini juga akan di evaluasi, dan akan menerima ide dan gagasan lain sejalan dengan kesesuaian di sekolah-sekolah uji coba. Selain itu untuk mengetahui tingkat kesiapan dan respon peserta didik dalam penerapan kurikulukm integrasi muatan lokal gambut dan mangrove untuk SMPN 12 Rasau Jaya ini,” Kata Andree.

Selain pelaksanaan uji coba di dalam kelas, ICRAF pun mengadakan permainan terkait pemahaman gambut melalui maket kondisi lahan gambut yang dipenuhi dengan tanaman dan pepohonan di gambut dan lahan yang telah terdegradadi dengan berkurangnya jumlah pepohonan. Kegiatan ini disajikan dalam kuis interaktif dengan mengajak para siswa anggota OSIS, sehingga tercipta pemahaman secara langsung.

15 sekolah yang terdiri dari sembilan Sekolah Dasar (SD) dan enam SMP (6 sekolah) di Kabupaten Kubu Raya akan menerapkan kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove ini, dan selain di SMPN 12 Sungai Raya, Kab Kubu Raya, kegiatan ini juga di uji cobakan di tiga sekolah terpilih lainnya yaitu SMPN 5 Kubu, SDN 17 Rasau Jaya, dan SDN 4 Terentang.

Dalam Penyusunan dan pengembangan kurikulum muatan lokal Gambut dan mangrove ini, ICRAF Indonesia berkolaborasi bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya dan didukung oleh BRGM, Blue Forest dan WWF Indonesia.

Kubu Raya, 05/09/2022

Saatnya desa-desa di Sumatera Selatan menambah pemahaman pentingnya BUMDes untuk kelola usaha desa

Apa itu Badan Usaha Milik Desa? Pemahaman mengenai kelambagaan BUMDes cukup penting untuk diketahui oleh masyarakat desa, khususnya di lima dari enam desa sasaran program Peat-IMPACTS di Sumatera Selatan. Besarnya peluang keberadaan dan pemanfaatan lembaga ini bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan desa pun perlu dipahami. Untuk itu ICRAF Indonesia melakukan pendampingan dan pelatihan sebagai upaya Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa & Unit Usaha Masyarakat di Area Gambut di Provinsi Sumatra Selatan, pada tanggal 30-31 Agustus 2022, di Hotel Aryaduta, Palembang.

Tujuan pendampingan dan pelatihan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kapasitas pengelola BUMDes dan unit usaha lain di desa agar lebih memiliki kemampuan kewirausahaan, manajerial, pengelolaan usaha, pengelolaan keuangan, serta pemasaran; juga dapat mengidentifikasi peluang dan hambatan dalam melakukan usaha dan memanfaatkannya untuk kepentingan BUMDes atau unit usaha lain dan masyarakat di desa; serta mempraktikkan kegiatan usaha secara mandiri dan menguntungkan.

Kegiatan ini merupakan lanjutan dari sosialisasi BUMDes yang telah dilakukan di awal Agustus, di mana peserta pelatihan telah menyampaikan kendala-kendala (modal, SDM, pemilihan unit usaha, pemasaran, dan lain sebagainya) yang dihadapi dalam pengelolaan BUMDES serta pembahasan alternatif solusi, potensi yang dapat digali agar BUMDes dapat memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Desa (PAD) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta tercapainya harapan yang lebih konkrit dengan adanya BUMDes.

Aulia Perdana, peneliti ICRAF Indonesia untuk Pasar dan Rantai Nilai Hijau, mengatakan “Kegiatan ini berhubungan dengan lanskap di OKI dan Banyuasin, yang terhubung pada BUMDes, yang tentunya berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Pendampingan dan pelatihan ini juga mengajarkan pemasaran dan mengindentifikasi peluang serta hambaran untuk BUMDes maupun unit usaha lain di tingkat desa. Agar masyarakat desa bisa melakukan usahanya secara mandiri dan terarah.”

Dalam sambutannya Kepala Bappeda Kab Banyuasin, yang diwakili oleh Kabid Perencanaan Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Pipi Oktarini SE, MSi., “Pembentukan tim kerja bersama telah dilakukan dalam rangka membangun dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Kami secara bersama melakukan intervensi khususnya di Desa Baru dan Daya Kesuma, yang merupakan desa sasaran untuk penguatan kelembagaan BUMDesnya. Peningkatan kapasitas pengetahuan bagi pengelola dan masyarakat juga diarahkan kepada aspek pemasarannya, agar saluran menuju pasar akan lebih terarah, sehingga kesejahteraan dan pendapatan masyarakat petani dapat tercapai.”

Kepala Bappeda Kabupaten Ogan Komering Ilir, Aidil Azwari, S.P, M. Si, dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan pelatihan ini menyatakan “Terima kasih kepada Tim ICRAF yang telah mengawali kegiatan ini dengan berkunjung ke Desa Rengas Abang, Nusakarta dan Lebung Itam, dan Jati Mulya sebagai desa sasaran program Peat-IMPACTS, dan telah terpilih tiga desa untuk ikut dalam pelatihan dan pendampingan BUMDes and unit usaha masyarakatnya.

Bumdes memang perlu terus dikembangkan dan diperkuat kelembagaannya, sehingga dapat meningkatkan tata kelola sumber daya alam yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.  Harapannya dengan praktek ini, bisa menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat desa, sehingga pelaksanaan BUMDes di desa-desa sasaran bisa memberikan output dan outcome khususnya kepada aspek ekonomi pertanian desa, yang terus berkembang dan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lainnya di Kabupaten OKI, tambah Aidil.

Para peserta pelatihan yang terdiri dari Tim Dinas PMD dari Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, serta perwakilan warga desa dari Desa Baru, Daya Kesuma, di Kab Banyuasin dan Rengas Abang, Nusakarta dan Lebung Itam, di Kabupaten OKI, diberikan penjelasan materi berupa pengenalan BUMDes, Legalitas BUMDes dan dukungan dinas, kewirausahaan, serta pengelolaan bisnis. Peserta juga dibagi dalam beberapa Kelompok agar dapat berdiskusi bersama dan saling berbagi informasi dan pengalaman.

Pemahaman lanjutan mengenai pengelolaan bisnis, keuangan serta pemasaran pun disampaikan. Arahan disampaikan oleh Tri Ismono dan Nino Rianditya Putra ini mencakup beberapa materi tentang pengelolaan usaha, yaitu pengenalan bisnis skala mikro dan kecil, manajemen tingkat dasar yang meliputi planning, organizing, staffing, leading and controlling. Juga untuk aspek pengelolaan keuangan, yaitu mengenai pencatatan keuangan seperti pemasukan dan pengeluaran, arus kas, laporan rugi laba dan neraca. Aspek manajerialnya, yaitu cakupan karakter manajemen, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, kepemimpinan, juga aspek kewirausahaan, khususnya tentang proses menciptakan sesuatu agar bisa bernilai tambah secara ekonomis Dan tak kalah pentingnya mengenai pemasaran dasar, yaitu terkait bauran pemasaran, strategi dasar targeting, segmenting dan positioning.

Dalam diskusi bersama tim pelatih, para peserta diminta mengidentifikasi akar dari masalah yang ada lewat simulasi pohon untuk mengidentifikasi beberapa informasiyang sudah ada, tidak ada ataupun terkendala. Diantaranya mengenai, SIUP/TDP/Surat Desa, Legalitas BUMDes, modal, mitra, unit usaha, dan sebagainya. Simulasi ini adalah untuk membantu peserta dalam memahami cara berkomunikasi yang tepat agar pelatihan ini tepat guna dan tepat sasaran.

BUMDes adalah kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola secara mandiri. Sedangkan Unit Usaha BUMDes adalah badan usaha milik desa yang melaksanakan kegiatan bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum berbadan hukum yang melaksanakan fungsi dan tujuan BUMDes. Keberadaan BUMDes dapat mengoptimalkan dan pemdorong penghidupan masyarakat desa yang sejahtera dan menuju pengelolaan gambut lestari. Tim ICRAF sebagai pelaksana bersama dengan pelatih melakukan bimbingan teknis, juga pelaksana fungsi pendukung seperti Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa serta Dinas Pertanian dan Perkebunan. Juga keterlibatan pelaku usaha swasta pun dibutuhkan sebagai narasumber pelatihan sekaligus pemungkin berlangsungnya transaksi jual beli dan pemasaran.

Bergerak Menyiapkan Sumber Pakan Kelulut

Pengelolaan lahan gambut maupun wilayah di sekitar lahan gambut secara lestari perlu mempertimbangkan kegiatan-kegiatan pertanian yang produktif dengan tetap menjaga kondisi lingkungan dan mencegah perusakan alam. Upaya peningkatan penghidupan yang berwawasan lingkungan menjadi pilihan yang tepat, dengan melakukan kegiatan model bisnis usaha tani terpadu yang mampu memulihkan fungsi lingkungan dan menciptakan opsi penghidupan bernilai ekonomi di sekitar lahan gambut.

Untuk itu ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACTS bermitra dengan Forum DAS Sumatera Selatan mendorong terwujudnya Peningkatan Penghidupan Berwawasan Lingkungan (P2BL) dengan menerapkan model bisnis usaha tani terpadu di Desa Baru, KHG Saleh-Sugihan, Sumatera Selatan. Salah satu model usaha tani yang dikembangkan adalah budidaya kelulut yang dilakukan Bersama kelompok tani.

Sebelum memulai pembudidayaan lebah kelulut, Kelompok Tani Desa Baru melakukan berbagai persiapan, diantaranya pengkayaan sumber pakan kelulut dengan membuat rumahan untuk tempat hidup lebah dan kerangka yang terbuat dari besi untuk tempat tumbuh tanaman air mata pengantin yang merupakan tanaman rambat dan akan menjadi salah satu sumber pakan kelulut.

Kegiatan budidaya kelulut ini juga merupakan kegiatan pemberdayaan petani termasuk kelompok tani perempuan, dengan melibatkan mereka dalam kegiatan penanaman pakan lebah. Mereka telah melakukan penanaman berbagai tanaman bunga di area yang akan menjadi lokasi pembudidayaan.

Lokasi pembudidayaan ini awalnya merupakan lahan yang dibiarkan atau lahan tidur oleh masyarakat desa, dan lahan ini akan dipenuhi beraneka ragam tanaman bunga dan buah-buahan. Harapannya akan meningkatkan penghidupan para petani dengan menghasilkan madu dan produk turunan lainnya dari kelulut yang berkualitas.

Ketua Kelompok Kelulut, Tardin mengatakan, “Anggota kelompok yang berjumlah 15 orang merasa sangat senang karena telah mendapatkan pembelajaran dan ilmu yang baru. Nanti kalau kegiatan budidaya kelulut ini sudah berjalan dan menghasilkan, akan dapat diadopsi oleh warga desa yang lain diluar Kelompok Tani, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga dan desa semakin maju”.

Dukungan dari Kepala Desa Baru dirasa menambah semangat warganya untuk ikut aktif dalam program pemberdayaan petani ini lewat beberapa model bisnis yang telah disepakati bersama yang kegiatannya terus didampingi oleh para peneliti ICRAF Indonesia. Kepala Desa Baru dan warganya mempunyai mimpi, kelak ingin menjadikan lokasi desanya menjadi desa ekowisata melalui beberapa budidaya tani yang dilaksanakan bersama program Peat-IMPACTS Indonesia.

Oleh: Tikah Atikah dan Mushaful Imam

Langkah awal pembelajaran baru lewat demoplot mina padi

Warga Desa Baru Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin yang tergabung dalam kelompok tani Mina Padi, Sabtu (20/8/2022) melakukan penebaran kapur dolomit di tanggul, dan caren/parit yang mengelilingi lahan seluas tiga hektar Demplot Mina Padi.

Penebaran kapur dolomit di tanggul dan caren dilakukan untuk meningkatkan pH tanah serta menetralkan kadar keasamannya. Selain menebarkan kapur dolomit juga dilakukan pengambilan sample tanah, pemasangan tanda di rumpun padi untuk pemantau dan pengamatan pertumbuhan padi.

Menurut Musa, Ketua kelompok Mina Padi, Desa Baru, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, yang ditemui disela-sela saat menebarkan kapur dolomit mengatakan, “Padi yang telah berusia dua bulan diperkirakan akan panen sekitar akhir September atau awal Oktober, dan setiap hektarnya akan menghasilkan tujuh ton padi.

“Sejak awal lahan ini menjadi demo plot mina padi, kami sudah melakukan pembersihan lahan, pemupukan dengan mengunakan pupuk organik yang sudah dilatih oleh tim ICRAF, lalu penyiangan agar tidak banyak hama, penyemprotan hama, dan sekarang penebaran dolomit dan juga pemupukan kembali.” tambah Musa.

Masyarakat Desa Baru cenderung menghendaki pemanfaatan lahan sebagai lahan pengelolaan komoditi unggulan yang mereka inginkan. Sehingga penerapan pertanian mina padi cukup berpotensi bagi masyarakat Desa Baru sebagai upaya mengintegrasikan budidaya pertanian, perikanan bahkan kehutanan dalam satu hamparan lahan.

Budidaya mina padi ini juga nantinya akan dipadukan dengan perikanan (ikan-ikan rawa), serta di area pematang para petani dapat menanam tanaman hortikultura, seperti bayam dan cabai, dan pohon pinang sebagai tanaman kehutanan, juga beberapa tanaman obat-obatan, seperti jahe.

Anggota kelompok mina padi merasa puas dengan tanaman padi yang mereka tanam saat ini mulai menguning, dan merasa mendapatkan pembelajaran baru yang bermanfaat dari pelatihan dan pendampingan program Peat-IMPACTS. Sebelumnya mereka menanam padi dengan asal tanam saja, tanpa ada perawatan dan pemupukan yang benar.

Mereka merasa senang dan berharap dengan penerapan model usaha pertanian mina padi ini akan ada diversifikasi komoditas budidaya baik pertanian, perikanan maupun kehutanan, dan mereka akan mendapatkan sumber penghasilan ganda dari hasil panen yang akan mereka dapatkan di kemudian hari.

Oleh: Tikah Atikah dan Mushaful Iman

Pentingnya sosialisasi tentang BUMDesa dan Unit Usaha Desa

Dihadiri Perwakilan dari Aparat Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, ICRAF menggelar kegiatan “Sosialisasi tentang BUMDES dan Unit Usaha Desa lainnya” di lima dari enam desa pilot Program Peat-IMPACTS, pada tanggal 4 Agustus 2022.

Kelima lokasi desa pilot ini adalah, tiga terletak di Kabupaten OKI untuk Desa Lebung Itam – Kecamatan Tulung Selapan, Desa Nusakarta – Kecamatan Air Sugihan, dan Desa Rengas Abang – Kecamatan Air Sugihan; sedangkan dua desa lainnya terletak di Kabupaten Banyuasin, yakni Desa Baru – Kecamatan Rambutan dan Desa Daya Kesuma – Kecamatan Muara Sugihan.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bidang Kerjasama Desa DPMD Kabupaten Banyuasin, Bapak H.M. Yasir Darojat, S.H., M.M., Sekretaris Dinas DPMD Kabupaten OKI, Bapak Suryadi. S.IP, M.Si serta Caecilia Novia sebagai perwakilan dari ICRAF. Penyampaian materi yang disampaikan oleh Bapak H.M. Yasir Darojat, SH., MM dan Bapak Yudico Rambang, S.E.,yang menyampaikan tentang kewajiban BUMDES; kepemilikan, modal, asset dan pinjaman; dan alternatif unit-unit usaha yang dapat dikembangkan terutama setelah keluarnya PP 11 tahun 2021, serta peran pemerintah desa dan elemen masyarakat desa lainnya dalam menentukan kemajuan BUMDES kedepan.

Pada sesi diskusi, peserta yang telah dibagi kedalam beberapa kelompok menyampaikan kendala-kendala (modal, SDM, pemilihan unit usaha, pemasaran, dan lain sebagainya) yang dihadapi dalam pengelolaan BUMDES serta pembahasan alternatif solusi, potensi yang dapat digali agar BUMDES dapat memberikan kontribusi kepada Pendapatan Asli Desa (PAD) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta tercapainya harapan yang lebih konkrit dengan adanya BUMDES.

Hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi BUMDES yang sudah ada guna mendorong penghidupan masyarakat desa yang sejahtera dan menuju pengelolaan gambut lestari.

Oleh: Tikah Atikah dan Mushaful Iman

Penyulaman tanaman jagung guna hasil yang berkualitas

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat dan mempunyai ragam manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Salah satu opsi penghidupan bernilai ekonomi di sekitar lahan gambut untuk masyarakat Desa Daya Kesuma adalah budidaya jagung, Untuk menghasilkan jagung yang berkualitas baik, diperlukan perawatan dan pemeliharaan tanaman setelah bibit ditanam.

Kelompok perempuan Desa Daya Kesuma, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin bekerja sama untuk melakukan kegiatan menyulam tanaman jagung di demoplot atau demonstration plot percontohan pada 3 Agustus 2022. Demplot ini adalah metode penyuluhan pertanian yang ditujukan kepada petani dengan cara membuat lahan percontohan, agar para petani dapat melihat dan membuktikan praktek pertanian yang dilakukan dengan didampingi peneliti ICRAF. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah pada pertengahan bulan Juli 2022, lahan ini diresmikan sebagai percontohan penerapan model usaha tani Pertanian Ramah Lingkungan melalui budidaya jagung.

Penyulaman tanaman jagung yang telah berumur 2 minggu ini merupakan penanaman kembali bibit jagung yang tidak tumbuh atau rusak akibat curah hujan tinggi yang mengakibatkan bibit jagung di lahan tergenang air, dan serangan hama tikus, dengan bibit yang baru. Penyulaman ini dilakukan untuk mempertahankan jumlah tanaman dalam luasan yang telah dilakukan bersama petani Daya Kesuma.

Kegiatan penyulaman tanaman jagung ini harus dilakukan secepatnya agar pertumbuhan bibit yang baru ditanam tidak jauh berbeda dengan bibit yang sudah lebih dahulu ditanam. Hal ini dilakukan guna keseragaman pertumbuhan dan kegiatan pemeliharaan tanaman jagung, serta panen bisa dilakukan secara serentak.

Penguatan kapasitas melalui demoplot percontohan seluas 3 hektar ini adalah bagian dari program ICRAF melalui Peat-IMPACTS yang terbagi menjadi 2 zona, yakni 1,5 hektar untuk plot percobaan dengan perlakuan varitas jagung dan pemupukan dan 1,5 hektar untuk plot budidaya jagung dengan mengikuti praktek lokal.

Upaya penguatan kapastitas para petani Desa Daya Kesuma ini mengusung perubahan pola penanaman untuk mengurangi kebakaran lahan, meningkatkan pertanian ramah lingkungan, dan pemasaran produk pertanian, juga penguatan kelembagaan desa.

Oleh: Tikah Atikah dan Mushaful Iman

Dari kita untuk kita, bersinergi bersama untuk generasi muda sadar lingkungan gambut dan mangrove di Kubu Raya

Foto: World Agroforestry (ICRAF Indonesia)

Sekolah dan para guru memegang peranan kunci dalam keberhasilan pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan gambut dan mangrove yang terus digodok oleh Dinas Pendidikan dan para pemangku kepentingan di sektor pendidikan dasar dan menengah pertama di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Dengan dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, World Agroforestry (ICRAF) melalui proyek Peat-IMPACTS menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Gambut dan Mangrove, pada tanggal 2-4 Agustus 2022, dengan berkolaborasi bersama BRGM, Blue Forest dan WWF sebagai mitra acara Bimbingan Teknis ini.

Bimbingan Teknis ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan mengajarkan kepada peserta yang terdiri dari para guru untuk menjadi Guru Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Gambut dan Mangrove pada mata pelajaran/kelas yang diampu-nya, serta memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peserta tentang pemanfaatan dan pelestarian gambut dan mangrove.

Dengan melibatkan para guru yang bersemangat, kreatif dan inovatif yang mampu menciptakan kegiatan secara partisipatif. Bimbingan Teknis ini diawali dengan pemantapan materi mengenai pengenalan ekosistem gambut dan mangrove, konsep dasar kurikulum pembelajaran muatan lokal Pendidikan lingkungan hidup gambut dan mangrove, serta evaluasi muatan lokal.

“Dalam kegiatan tata kelola gambut yang terhimpun dalam program Peat-IMPACTS disebut juga dengan edukasi gambut. Melalui kegiatan ini harapannya masyarakat khususnya para siswa usia dini di tingkat SD dan SMP dapat turut berproses untuk penyadartahuan mengenai lingkungan dan ekosistem Gambut dan Mangrove. ICRAF sangat mengapresiasi atas kerja keras Ibu dan Bapak Guru yang telah tergabung dalam Tim Pengembang kurikulum muatan lokal ini, yang akan terus diperkaya dengan pengembangan dan persiapan bahan ajar, juga strategi-strategi proses belajar mengajar di seluruh tingkat sekolah terpilih”, kata Happy Hendrawan, Koordinator Provinsi Kalimantan Barat, ICRAF Indonesia.

Sambutan dari Badan restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Budiyanto, selaku Kasub Pokja Sosialisasi dan Pelatihan, mengatakan “Dalam pelestarian dan pemanfaatan gambut, kita perlu melakukan edukasi dan komunikasi kepada masyarakat luas. Salah satunya adalah kegiatan Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal yang telah melalui rangkaian proses yang panjang. Dan kegiatan Bimbingan Teknis ini kita berkesempatan untuk bertemu dengan Tim Pengembang SD maupun SMP yang kini sudah masuk ke tahap uji coba untuk praktek mengajar. Peserta yg hadir disini adalah tim dari Sekolah terpilih yang siap untuk diuji untuk penerapan uji coba pembelajaran muatan lokal melalui simulasi mengajar.”

Kepala Dinas Dikbud Provinsi Kalimantan Barat yang diwakili oleh Kepala Bidang SMK Provinsi Kalimantan Barat, Drs. Samsuni, dalam sambutannya mengatakan “Bimbingan teknis bagi para pendidik dengan memandang dari sudut proses pendidikannya sangat bermanfaat. Kami di tingkat provinsi akan terus mendukung untuk tercapainya kegiatan mendalam untuk uji coba pemantapan materi ini.”

Foto: World Agroforestry (ICRAF Indonesia)

M. Ayub, S.Pd., Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya, dalam sambutannya menyampaikan, “Dengan semangat luar biasa dan terima kasih yang terdalam, kita hadir bersama dengan lebih dari 50 peserta, juga kepada seluruh Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal (SD dan SMP) yang telah berkontribusi untuk urun pemikiran dalam perumusan kurikulum ini juga para guru SD dan SMP yang terpilih untuk ikut dalam proses uji coba pengajaran. Hadir juga para Kepala Sekolah SD (9 sekolah) dan SMP (6 sekolah) yang mewakili sekolah-sekolah terpilih yang akan di Uji Coba perumusan pengembangan kurikulum Lingkungan Gambut dan Mangrove. Diantaranya bagaimana kurikulum ini bisa dikelola dan dilaksanakan di sekolah-sekolah target.”

Foto: World Agroforestry (ICRAF Indonesia)

Sekolah-sekolah yang terpilih terbagi atas tiga kategori, yaitu yang berada di lingkungan gambut, berada di lingkungan mangrove, dan berada di bukan lingkungan gambut dan mangrove. Hal ini untuk dilakukan untuk proses kegiatan pendalaman materi maupun pengelolaan pembelajarannya pada siswa. Bagaimana kita mengetahui dan mendapatkan sisi positif gambut ini serta mengantisipasi sisi negatifnya, kata Ayub.

Untuk kedepannya akan dilakukan monitoring dan evaluasi di Sekolah SD dan SMP yang menjadi sekolah sasaran untuk uji coba pengajaran. Hal ini dilakukan dalam rangka memfinalkan apakah design kurikulum ini layak untuk kita teruskan tanpa penyempurnaan atau masih ada beberapa hal untuk penyempurnaan, dengan melibatkan beberapa mitra yang mendukung proses ini. Harapannya para siswa Sekolah sebagai generasi muda akan terus mencintai dan peduli terhadap lingkungan gambut dan mangrove bukan hanya sebagai ilmu yang diserap, namun juga dapat diterapkan secara langsung. Harapannya masyarakat yang tinggal di lingkungan gambut dan mangrove dapat menjadi potensi baik untuk penerapan kegiatan ini, agar dapat dimanfaatkan menuju masyarakat yang sejahtera dan Bahagia, tambah M. Ayub, sekaligus membuka secara resmi kegiatan Bimbingan Teknis ini.

Dua hari selanjutnya peserta akan ikut berproses dalam diskusi mendalam mengenai Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal (modul ajar) dan bahan ajar, serta praktek mengajar dan uji coba kurikulum. Hal ini ditujukan untuk memberikan penguatan persiapan dan keterampilan kepada guru dalam memberikan pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Gambut dan Mangrove nantinya.

Selain di Kalimantan Barat, Peat-IMPACTS atau Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lahan Gambut dan Kapasitas Para Pemangku Kepentingan Indonesia juga dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan dan mendapat dukungan dari Pemerintah Jerman dari tahun 2020-2023. Program Peat-IMPACTS Indonesia, berfokus kepada restorasi, pengelolaan dan perlindungan gambut, sehingga secara langsung dapat berkontribusi pada komitmen negara untuk penurunan emisi rumah kaca dan target pembangunan jangka menengah tingkat nasional. Proyek ini akan berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya TPB-13 (Aksi Iklim) dan TPB-15 (Kehidupan Darat).

Kubu Raya, 02/08/2022

Deklarasi kesepakatan untuk meningkatkan penghidupan berwawasan lingkungan di Kabupaten Banyuasin

World Agroforestry (ICRAF) bersama beberapa pihak terkait, diantaranya Perwakilan Bappeda dan Litbang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Rambutan, Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Sumatera Selatan, Forum DAS Sumsel, KPH Wilayah III Palembang Banyuasin, pada hari Selasa, 2 Agustus 2022 menandatangani Dokumen Program peningkatan penghidupan berwawasan lingkungan, di Hotel The Zuri, Palembang.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Lokakarya Multipihak Penyusunan Dokumen Kesepakatan Peningkatan Penghidupan Berwawasan Lingkungan (KP2BL) di Kabupaten Banyuasin. Penandatanganan dokumen ini didahului dengan Diskusi Peran dan Dukungan Mitra Pendukung dalam Tim Kerja Bersama dan Deklarasi Kesepakatan Peningkatan Penghidupan Berwawasan Lingkungan.

Dokumen ini berisi tentang kesepakatan kerja bersama dalam pengembangan model-model usaha tani di dua desa di wilayah Kabupaten Banyuasin, yaitu Desa Baru Kecamatan Rambutan, dan Desa Daya Kesuma Kecamatan Muara Sugihan yang wilayahnya dijadikan lokasi kegiatan penguatan kapasitas petani dalam perbaikan praktek sistem usaha tani (agroforestri dan paludikultur), pemasaran dan rantai nilai, dan kelembagaan ekonomi desa melalui model bisnis Mina Padi dan Pertanian Ramah Lingkungan yang termasuk dalam rangkaian program Peat-IMPACTS – ICRAF Indonesia.

Hal ini mengingat pentingnya mewujudkan pengelolaan ekosistem gambut berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat dan penguatan penghidupan yang mampu memberikan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga kelestarian fungsi ekosistem gambut, dan penurunan tingkat kebakaran lahan di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan.